STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS EMPAT ATRIBUT GREEN CITY DI KECAMATAN BANDUNG WETAN KOTA BANDUNG
DOI:
https://doi.org/10.29313/jpwk.v13i2.271Keywords:
Kota Hijau, prinsip, peningkatanAbstract
Di seluruh dunia, kota hijau atau green cities telah menjadi model pengembangan perkotaan yang baru, baik di benua Amerika, Asia, Eropa, Australia, maupun Afrika. Fenomena yang sama juga dialami oleh Indonesia. Maka perlu diperhatikan bahwa dampak perubahan iklim di Indonesia bukan hanya dihadapi melalui bidang kehutanan atau pengembangan lahan gambut, tetapi sekarang juga melalui pengembangan kawasan seperti identitas perkotaan, dengan konsep Kota Hijau (Green City). Ini merupakan tantangan baru dan terbesar yang sedang dihadapi Indonesia, terlebih karena lebih dari 52% penduduk nasional mendiami kawasan perkotaan. Indonesia saat ini fokus pada penanganan daerah perkotaan yang sangat rentan mengalami dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, penyelenggaraan penataan ruang yang terintegrasi menjadi unsur penting didalam mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Kota Bandung telah berkembang menjadi Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 2,4 Juta Jiwa. Permasalahan perkotaan yang dihadapi Kota Bandung saat ini adalah sebagai berikut : sampah, kemacetan, banjir, penataan mall, pedagang kaki lima dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dipilihnya Kecamatan Bandung Wetan didasarkan pada karena kecamatan ini mempunyai nilai yang strategis di Kota Bandung, dan memiliki beberapa fungsi diantaranya pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, pusat Metode pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji sebaran atribut kota hijau seperti green open space, green transportation, green community, green waste dan seberapa penting kebutuhan atribut tersebut dengan hasil akhir prinsip-prinsip penataan kota hijau. Output dari studi ini adalah berupa Prinsip - Prinsip Peningkatan Atribut Green City dari setiap elemen atribut kota hijau (green open space, green transportation, green community, dan green waste) dengan menggabungkan
pendapat masyarakat sebagai pendukung terciptanya kota hijau.
References
Biru Voice. Ruang Terbuka Hijau Berfungsi sebagai Spon. 2010. http://www.biruvoice.com/artikel/arsip-artikelkumpulan-artikel-lama/33-ruang terbuka -hijau-berfungsi-sebagai-spon.html
Budihardjo, Eko dan Sudanti Hardjohubojo, 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Penerbit Alumni. Bandung
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTNH) di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
Dinas Pekerjaan Umum. 2010. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) wilayah Cibeunying. Bandung : Pemerintah Kota Bandung
Joga, Nirwono dan Iwan Ismaun. 2011. RTH 30% Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Priyon, Agussusanto. 2010. Kampung Hijau. Yogyakarta http://www.kampunghijau.com/p/contact-us.html
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Membelah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia
Sumami. 2010. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Malang: Universitas Negeri Malang
Suparman. 1983. Statistik Sosial. Jakarta : Cv. Rajawali
Zahnd, markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta : Kanisius