PEREMPUAN DAN RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN
DOI:
https://doi.org/10.29313/jpwk.v13i2.270Keywords:
Perempuan, Ruang SakralAbstract
Pada saat ini ada suatu perkembangan pemikiran yang mendikotomikan antara peran laki-laki dan perempuan. Ini dipicu oleh gerakan kaum feminis yang berkembang sejak abad Ke 18. Gerakan feminis menurut Toynbee akan mengakibatkan transformasi kebudayaan. Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan. Ruang ini hingga saat ini masih terlarang untuk kaum perempuan dan belum pernah dilanggar hingga saat ini. Sakralitas ruang di kawasan keraton kasepuhan masih betahan bukan karena adanya androsentrisme melainkan karena adanya “keyakinan” terhadap nilai sakral tersebut. Keyakinan terhadap nilai sakral ini muncul karena Islam yang berkembang adalah Islam tradisional dengan membawa ajaran yang bersifat primordial. Ajaran yang menyatu dengan alam semesta.
References
Aliade, Mircea, 1959, The Sacred and The Profane, New York, A Harvest Book
Evans, Sara M 1994, Lahir Untuk Kebebasan, , Jakarta , Yayasan Obor Indonesia.
Keping, Wang ,2011, Etos Budaya China, Jakarta, Kompas Gramedia.
Tim Disbintalad, 1997, Al- Qur’an Terjemahan Indonesia, Jakarta, Sari Agun.
Tucker, Mary Evelyn & John A Grim, 2003, Agama , Filsafat & Lingkungan Hidup, Yogyakarta, Kanisius.