Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK
<p><a title="JRPWK" href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK" target="_blank" rel="noopener"><strong>Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota</strong> (JRPWK)</a> adalah jurnal <em>peer review</em> dan dilakukan dengan <em>double blind review</em> yang mempublikasikan hasil riset dan kajian teoritik terhadap isu empirik dalam sub kajian perencanaan wilayah dan kota. <strong><a title="Jurnal Riset PWK" href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK" target="_blank" rel="noopener"> JRPWK</a> </strong>ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN <a title="eISSN JRPWK" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210714262021355" target="_blank" rel="noopener">2798-656X</a> yang diterbitkan oleh <a title="UPT Publikasi" href="https://publikasi.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">UPT Publikasi Ilmiah</a>, <a title="unisba" href="https://www.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Universitas Islam Bandung</a>. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-<em>indeks</em> <a title="Sitasi GS JRPWK" href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&authuser=1&user=C7pu6TgAAAAJ" target="_blank" rel="noopener">Google Schoolar</a>, <a title="Id Garuda" href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/25659" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>, <a title="doi" href="https://search.crossref.org/?q=unisba&from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">Crossref</a>, dan <a title="DOAJ" href="https://doaj.org/search/journals?ref=quick-search&source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22bibjson.publisher.name.exact%22%3A%5B%22Universitas%20Islam%20Bandung%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22query_string%22%3A%7B%22query%22%3A%22universitas%20islam%20bandung%22%2C%22default_operator%22%3A%22AND%22%2C%22default_field%22%3A%22bibjson.publisher.name%22%7D%7D%7D%7D%7D" target="_blank" rel="noopener">DOAJ.</a> Terbit setiap<strong> Juli</strong> dan <strong>Desember.</strong></p>UPT Publikasi Ilmiah Unisbaen-USJurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota2808-3113Kajian Elemen Pembentuk Citra Path Koridor Jelekong Kabupaten Bandung
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3593
<p><strong>Abstract. </strong>In 2011, the Regent of Bandung Regency designated Kelurahan Jelekong as an arts and culture-based tourism village, driven by painting and wayang, which are the pillars of art and culture in Jelekong. Although arts and culture are thriving in the Jelekong corridor, there is no clear signposting between art venues, which is important in shaping the image of the area. This research aims to explore the image-forming elements of the Jelekong corridor <em>path</em>, using figure ground, outline, semiotic, and descriptive analysis with observation, mental map, mapping, interview, and literature study techniques. The results show that the image-forming elements of the <em>path</em> in the Jelekong corridor consist of buildings, street furniture, and signage. These elements have their own structure and meaning. There are three groups of building functions in the Jelekong cultural arts corridor: trade and services, mixed functions, and residential. Signage most adopts Sundanese culture, while buildings and street furniture need better design to strengthen the image of the Jelekong corridor.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Pada tahun 2011, Bupati Kabupaten Bandung menetapkan Kelurahan Jelekong sebagai desa wisata berbasis seni dan budaya, didorong oleh seni lukis dan wayang yang menjadi pilar seni dan budaya di Jelekong. Meskipun seni dan budaya berkembang pesat di koridor Jelekong, belum ada penunjuk arah yang jelas antar tempat kesenian, yang penting dalam membentuk citra wilayah. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi elemen pembentuk citra <em>path</em> koridor Jelekong, menggunakan analisis figure ground, outline, semiotik, dan deskriptif dengan teknik observasi, mental map, pemetaan, wawancara, dan studi pustaka. Hasilnya menunjukkan elemen pembentuk citra <em>path</em> di koridor Jelekong terdiri dari bangunan, street furniture, dan signage. Elemen-elemen ini memiliki struktur dan makna tersendiri. Terdapat tiga kelompok fungsi bangunan di koridor seni budaya Jelekong : perdagangan dan jasa, fungsi campuran, dan permukiman. Signage paling mengadopsi budaya Sunda, sedangkan bangunan dan street furniture membutuhkan desain yang lebih baik untuk memperkuat citra koridor Jelekong.</p>Dinda FariziaWeishaguna
Copyright (c) 2024 Dinda Farizia, Weishaguna
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-092024-07-0911010.29313/jrpwk.v4i1.3593Dampak Pengolahan Kotoran Sapi terhadap Pencemaran Air Sungai Kampung Batu Lonceng
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3594
<p><strong>Abstract</strong>. Batu Lonceng Village is one of the villages in Sutenjaya Village, Lembang District, West Bandung Regency, which is located in the upper reaches of the Cikapundung River, including a cattle breeder area with the majority of people working as dairy farmers. The processing of cow dung is carried out guided by the breeders of the Batu Lonceng Livestock Group to deal with livestock waste. The largest percentage of solid waste processing is cow dung compost. The decline in compost fertilizer production is a problem of increasing accumulation of cow dung waste so that there is cow dung residue. The aim of this research is to find out and identify the impact of processing cow dung on the environment in Batu Lonceng Village. The research method used is a mixed method. The data collection technique uses a mixed approach of qualitative and quantitative methods in the form of interviews, observation and document study. The results of this research show that there is river water pollution in Batu Lonceng Village due to cow dung waste which is not processed into organic compost fertilizer, characterized by a BOD concentration value of 39 mg/l and a COD concentration value of 96 mg/l, where this value higher than the national water quality standard value of class II.</p> <p><strong>Abstrak</strong>. <span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Kampung Batu Lonceng merupakan salah satu kampung di Desa Sutenjaya, Ke</span><span lang="SV">camatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di hulu </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Sungai Cikapundung, termasuk kawasan peternak sapi dengan mayoritas masyarakat </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">berprofesi sebagai peternak sapi perah. Pengolahan kotoran sapi dilakukan</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> peternak dibimbing Kelompok Ternak Batu Lonceng untuk menanggulangi </span><span lang="SV">limbah peternakan. Persentase pengolahan limbah padat terbanyak berupa</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> pupuk </span><span lang="SV">kompos kotoran sapi. Penurunan produksi pupuk kompos menjadi</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> permasalahan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">meningkatnya penumpukkan limbah kotoran sapi sehingga terdapat residu</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">kotoran sapi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui dan mengidentifikasi</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> dampak </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">pengolahan kotoran sapi terhadap lingkungan di Kampung Batu Lonceng.</span> <span lang="SV">Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Teknik</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> pengumpulan </span><span lang="SV">data menggunakan pendekatan mixed methods kualitatif dan kuantitatif</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> berupa </span><span lang="SV">wawancara, observasi dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> menunjukkan </span><span lang="SV">bahwat terjadi pencemaran air sungai di Kampung Batu Lonceng akibat</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> limbah </span><span lang="SV">kotoran sapi yang tidak terolah menjadi olahan pupuk kompos organik,</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> ditandai </span><span lang="SV">dengan nila konsentrasi BOD sebesar 39 mg/l dan nilai konsentrasi COD</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> sebesar </span><span lang="SV">96 mg/l, dimana nilai ini lebih tinggi dari nilai baku mutu air nasional kelas</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> II.</span></p>Safira Fadila RakhmatHani BurhanudinAsep Hariyanto
Copyright (c) 2024 Safira Fadila Rakhmat, Hani Burhanudin, Asep Hariyanto
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-102024-07-10112010.29313/jrpwk.v4i1.3594Studi Jejak Karbon pada Aktivitas Pariwisata dalam Upaya Pengurangan Dampak Perubahan Iklim
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3606
<p><strong>Abstract.</strong></p> <p>Tourism contributes to climate change, mainly through its emissions. Lembang sub-district has 36.58% of tourist attractions in West Bandung Regency, causing congestion, waste production, and air quality degradation that increase carbon emissions. Tourist activities, such as electricity use, transportation, waste, and food consumption, exacerbate these conditions. The research used mixed method with primary and secondary data, as well as multiple linear regression analysis and comparison of RTRW documents with existing conditions. Linear regression results show tourist transportation as the largest contributor to CO2 emissions with a coefficient of 0.832. Comparative analysis shows the RTRW does not explicitly address climate change and there are differences in the extent and location of land use in Lembang Sub-district. To reduce the impact of climate change, especially from tourist transportation, efforts can be made such as reducing traffic volume, switching to electric vehicles, using public transportation, improving public transportation services, establishing subsidized transportation tariff policies, and providing special tourist transport.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Pariwisata berkontribusi terhadap perubahan iklim, terutama melalui emisi </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .3pt;">yang dihasilkan. Kecamatan Lembang memiliki 36,58% objek wisata di </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Kabupaten Bandung Barat, menyebabkan kemacetan, produksi sampah, dan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">penurunan kualitas udara yang meningkatkan emisi karbon. Aktivitas</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> wisatawan, </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">seperti penggunaan listrik, transportasi, sampah, dan konsumsi makanan,</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> memperburuk kondisi ini. Penelitian menggunakan metode <em>mixed method</em> </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">dengan data primer dan sekunder, serta analisis regresi linier berganda dan</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> perbandingan dokumen RTRW dengan kondisi eksisting. Hasil regresi linier m</span><span lang="SV">enunjukkan transportasi wisatawan sebagai penyumbang terbesar emisi </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">CO2 </span><span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">dengan koefisien 0,832. Analisis perbandingan menunjukkan RTRW tidak</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> secara eksplisit membahas perubahan iklim dan terdapat perbedaan luas serta l</span><span lang="SV">okasi </span><span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">penggunaan lahan di Kecamatan Lembang. Untuk mengurangi dampak</span> <span lang="SV">perubahan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">iklim, khususnya dari transportasi wisatawan, dapat dilakukan upaya seperti </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">mengurangi volume lalu lintas, beralih ke kendaraan listrik, menggunakan</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">transportasi umum, meningkatkan layanan transportasi umum, menetapkan</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">kebijakan tarif transportasi bersubsidi, dan menyediakan angkutan khusus</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> wisata.</span></p>Safira Nadia SalsabillaGina Puspitasari Rochman
Copyright (c) 2024 Safira Nadia Salsabilla, Gina Puspitasari Rochman
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-112024-07-11213210.29313/jrpwk.v4i1.3606Partisipasi Masyarakat Desa Jagara dalam Pengembangan Objek Wisata Waduk Darma Kabupaten Kuningan
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3608
<p><strong>Abstract. </strong>Darma Reservoir is a leading tourist destination in Kuningan Regency. However, the development of this tourist attraction has not been maximized because the local community is less involved, resulting in the potential of nature and society is not optimal and has decreased. Factors causing the decline in tourism visits include the low human resources of tourism managers, the lack of formation of tourism communities, the lack of coordination between the government and the community, the lack of promotion, and the management of tourism potential that has not been optimized. This study aims to identify the level of participation of the Jagara Village community in the development of the Darma Reservoir tourist attraction. Using a qualitative approach, this research analyzes the results of observations and interviews with a qualitative descriptive analysis method, which transforms raw data into data that is easy to understand and interpret. The sampling technique used was purposive sampling. The results of the analysis show that the participation of the Jagara Village community in the development of the Darma Reservoir is only visible at the implementation stage as business actors and supporters of activities. However, in the planning and supervision stages, their participation is still minimal and even not involved.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">Waduk Darma adalah destinasi wisata unggulan di Kabupaten Kuningan.</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> Namun, </span><span lang="SV">pengembangan objek wisata ini belum maksimal karena masyarakat lokal</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> kurang </span><span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">terlibat, mengakibatkan potensi alam dan masyarakat tidak optimal dan</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> mengalami </span><span lang="SV">penurunan. Faktor penyebab penurunan kunjungan wisata meliputi rendahnya sumber daya manusia pengelola wisata, belum terbentuknya</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> komunitas wisata, </span><span lang="SV">kurangnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat, kurangnya </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">promosi, serta pengelolaan potensi wisata yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat Desa Jagara dalam</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">pengembangan objek wisata Waduk Darma. Menggunakan pendekatan</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> kualitatif, </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">penelitian ini menganalisis hasil observasi dan wawancara dengan metode</span> <span lang="SV">analisis deskriptif kualitatif, yang mentransformasikan data mentah menjadi</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> data </span><span lang="SV">yang mudah dimengerti dan diinterpretasikan. Teknik sampling yang</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> digunakan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">adalah purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi</span> <span lang="SV">masyarakat Desa Jagara dalam pengembangan Waduk Darma hanya terlihat</span> <span lang="SV">pada tahap pelaksanaan sebagai pelaku usaha dan pendukung kegiatan. </span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Namun, pada tahap perencanaan dan pengawasan, partisipasi mereka masih minim bahkan tidak terlibat.</span></p>Virgi FathurrahmanIna Helena AgustinaRiswandha Risang Aji
Copyright (c) 2024 Virgi Fathurrahman, Ina Helena Agustina, Riswandha Risang Aji
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-132024-07-13334010.29313/jrpwk.v4i1.3608Arahan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Sukabumi
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3609
<p><strong>Abstract. </strong>This street vendors (PKL) typically operate in public spaces or crowded areas such as educational zones or government centers. The spatial arrangement of street vendors is a crucial issue faced by developing countries, including Indonesia, which often makes efforts to organize and regulate street vendors. The guidance for organizing street vendors aims to realize a clean, beautiful, orderly, and safe Sukabumi city with adequate infrastructure. Street vendors, operating as informal businesses due to limited formal employment opportunities, require attention in urban areas to avoid disrupting formal economic activities and other sectors. The coexistence of street vendors with other activities becomes a point of conflict in planning research. The organizational guidance incorporates several concepts derived from the analysis, including a time-based direction for street vendors.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;">Pedagang kaki lima (PKL) biasanya berjualan di tempat-tempat umum atau di tempat keramaian seperti kawasan Pendidikan ataupun di Kawasan pusat </span><span lang="SV">pemerintahan. Penataan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> persoalan yang krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang tidak terkecuali </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .2pt;">di Indonesia yang kerap melakukan upaya untuk menata dan menertibkan</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">Pedagang Kaki Lima. Arahan penataan Pedagang Kaki Lima untuk</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> Mewujudkan </span><span lang="SV">Kota Sukabumi yang Bersih, Indah, Tertib, dan Aman dengan Sarana</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> Prasarana </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">yang memadai. pedagang kaki lima sendiri yang merupakan tempat usaha</span> <span lang="SV">informal akibat pekerjaan formal yang terbatas, maka pedagang kaki lima</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> yang terdapat di perkotaan harus di perhatikan agar tidak mengganggung aktivitas </span><span lang="SV">perekonomian formal yang ada dan sektor lainnya, karena terdapat</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> kesemarautan PKL dengan aktivitas lainnya menjadikan hal ini salah satu titik konflik yang </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">ada pada penelitian di wilayah perencanaan. Arahan penataan ini memiliki</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> beberapa konsep dari hasil analisis yang telah disusun di mana terdapat konsep arahan waktu untuk pedagang kaki lima.</span></p> <p>.</p>Gilang RizkiansahFachmy Sugih Pradifta
Copyright (c) 2024 Gilang Rizkiansah, Fachmy Sugih Pradifta
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-142024-07-14415010.29313/jrpwk.v4i1.3609Perancangan Kawasan Perdagangan dan Jasa Koridor Jalan Sultan Agung Bandar Lampung
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3614
<p><strong>Abstract. </strong>Bandar Lampung City has a strategic position as the gateway to Sumatra, functioning as a transit area between Sumatra Island and Java Island. This supports the growth and development of Bandar Lampung as a trade and service center, so that it is designated as a National Activity Center (PKN) in accordance with Article 10 letter a of Lampung Province Regional Regulation Number 12 of 2019 concerning the Lampung Province Spatial Plan. PKN in Bandar Lampung aims to serve the Province, Southern Sumatra, national and international regions. However, the existing condition of the Sultan Agung road corridor is still not well organized, facing problems such as the absence of pedestrian paths, minimal roadside vegetation, less organized building facades, uneven street lighting, and lack of parking lots. This research aims to identify the characteristics of the Sultan Agung road corridor and develop the design of the trade and service area in the corridor. The methodology used is a mixed method approach, analysis of the area and planning area, and analysis of community-based development. The results of the research are expected to be in the form of formulation and development of design and investment plans in the planning area.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Kota Bandar Lampung memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang Sumatera, berfungsi sebagai daerah transit antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Hal ini mendukung pertumbuhan dan pengembangan Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan dan jasa, sehingga ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sesuai dengan Pasal 10 huruf a Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2019 tentang RTRW Provinsi Lampung. PKN di Bandar Lampung bertujuan melayani wilayah Provinsi, Sumatera Bagian Selatan, nasional, dan internasional. Namun, kondisi eksisting koridor jalan Sultan Agung masih belum tertata baik, menghadapi masalah seperti tidak adanya jalur pedestrian, vegetasi tepi jalan minim, fasad bangunan kurang tertata, penerangan jalan tidak merata, serta kurangnya tempat parkir. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik koridor jalan Sultan Agung dan menyusun perancangan kawasan perdagangan dan jasa di koridor tersebut. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan mix method, analisis kawasan dan wilayah perencanaan, serta analisis pengembangan berbasis peran masyarakat (<em>community- </em><em>based development</em>). Hasil penelitian diharapkan berupa rumusan dan pengembangan perancangan serta rencana investasi pada kawasan perencanaan.</p> <p>.</p>Azriel Al-FaridziNia Kurniasari
Copyright (c) 2024 Azriel Al-Faridzi, Nia Kurniasari, Fachmy Sugih Pradifta
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-152024-07-15515810.29313/jrpwk.v4i1.3614Perancangan Site Plan Kampung Adat Kuta
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3615
<p><strong>Abstract.</strong> The existence of Kuta Traditional Village in Ciamis Regency is crucial because of the traditional values that must be expressed in the spatial concept, as well as local values and natural conditions. This research aims to develop an architectural design concept that is responsive to local culture and disaster response for the Kuta Traditional Village site plan. The research method involved field surveys, analysis of local cultural conditions, and mapping of disaster risks in the area. A participatory approach with local communities and stakeholders was also applied to understand the needs and aspirations of the community. The research results are expected to produce a site plan design guide framework that combines local cultural values with disaster response infrastructure. The design includes multifunctional public open spaces, integration of vernacular architecture with modern environmentally friendly technology, and land use planning that takes into account disaster risk mitigation such as earthquakes and fires. This research is expected to make a significant contribution to the practice of designing cultural architecture that is responsive to the challenges of natural disasters, as well as a reference for the development of a sustainable Kampung Adat Kuta area that strengthens local cultural identity while being able to mitigate disaster risks.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> KKeberadaan Kampung Adat Kuta di Kabupaten Ciamis krusial karena nilai adat yang harus dituangkan dalam konsep tata ruang, serta nilai lokal dan kondisi alamnya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan konsep perancangan arsitektur yang responsif terhadap budaya lokal dan tanggap bencana untuk <em>site plan</em> Kampung Adat Kuta. Metode penelitian melibatkan survei lapangan, analisis kondisi budaya lokal, serta pemetaan risiko bencana di kawasan tersebut. Pendekatan partisipatif dengan komunitas setempat dan pemangku kepentingan juga diterapkan untuk memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Hasil penelitian diharapkan menghasilkan kerangka panduan perancangan site plan yang menggabungkan nilai-nilai budaya lokal dengan infrastruktur tanggap bencana. Desain mencakup ruang terbuka publik multifungsi, integrasi arsitektur vernakular dengan teknologi modern yang ramah lingkungan, serta perencanaan tata guna lahan yang memperhatikan mitigasi risiko bencana seperti gempa bumi dan kebakaran. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi signifikan dalam praktek perancangan arsitektur budaya yang responsif terhadap tantangan bencana alam, serta menjadi acuan bagi pengembangan kawasan Kampung Adat Kuta yang berkelanjutan dan memperkuat identitas budaya lokal sambil mampu menanggulangi risiko bencana.</p>Thoriq Ananda SaputraAstri Mutia EkasariImam Indratno
Copyright (c) 2024 Thoriq Ananda Saputra, Astri Mutia Ekasari, Imam Indratno
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-162024-07-16596810.29313/jrpwk.v4i1.3615Evaluasi Kesesuaian Lokasi Tempat Penampungan Sampah Sementara di Kecamatan Subang
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3653
<p class="PROSIDING-ABSTRAK"><strong><span lang="EN-US">Abstract.</span></strong><span lang="EN-US"> The accumulation of waste in Subang Subdistrict disturbs the comfort of the community because waste production is increasing while infrastructure is inadequate. This study aims to evaluate the suitability of TPS locations in Subang District based on SNI 3242 2008 and PERMEN PU 03 2013. Quantitative descriptive research method was used with technical and non-technical variables, then scoring was done on each variable to produce output. The results of the analysis show that TPS infrastructure in Subang Sub-district is still inadequate. Of the 8 TPS locations, only 2 units meet national standards and ministerial regulations. Based on community perceptions, the average assessment of TPS is 30.75, including the unfit category. Follow-up from the technical and non-technical evaluation analysis showed that 3 polling stations will be retained, while the other 5 polling stations will be relocated to areas that are not accessible. The area of land suitable for TPS in Subang Sub-district is 857 hectares. Land that includes suitable locations can be considered for the placement of new TPS. This study provides recommendations for the improvement and equalization of TPS facilities to improve the comfort and cleanliness of the environment in Subang District.</span></p> <p><strong>Abstrak</strong>. <span lang="SV" style="letter-spacing: -.3pt;">Penumpukan sampah di Kecamatan Subang mengganggu kenyamanan masyarakat</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: .3pt;">karena produksi sampah meningkat sementara prasarana tidak memadai.</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian lokasi TPS di Kecamatan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">Subang berdasarkan SNI 3242 2008 dan PERMEN PU 03 2013. Metode</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> penelitian deskriptif kuantitatif digunakan dengan variabel teknis dan non-teknis, kemudian dilakukan skoring pada setiap variabel untuk menghasilkan </span><span lang="SV">output. Hasil analisis menunjukkan bahwa prasarana TPS di Kecamatan</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> Subang </span><span lang="SV">masih kurang memadai. Dari 8 lokasi TPS, hanya 2 unit yang memenuhi</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> standar </span><span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">nasional dan peraturan menteri. Berdasarkan persepsi masyarakat, rata-rata</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> penilaian terhadap TPS adalah 30,75, termasuk kategori tidak layak. Tindak lanjut dari analisis evaluasi teknis dan non-teknis menunjukkan 3 TPS akan dipertahankan lokasinya, sedangkan 5 TPS lainnya akan direlokasi ke daerah yang tidak terjangkau TPS. Luas lahan yang sesuai untuk TPS di Kecamatan </span><span lang="SV" style="letter-spacing: -.4pt;">Subang adalah 857 hektar. Lahan yang termasuk lokasi layak dapat dipertimbangkan</span> <span lang="SV" style="letter-spacing: .1pt;">untuk penempatan TPS baru. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk</span><span lang="SV" style="letter-spacing: 0pt;"> peningkatan dan pemerataan fasilitas TPS guna meningkatkan kenyamanan dan kebersihan lingkungan di Kecamatan Subang.</span></p> <p>.</p>Arya juliansyahTarlani Tarlani
Copyright (c) 2024 Arya juliansyah, Tarlani Tarlani
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-172024-07-17697810.29313/jrpwk.v4i1.3653Analisis Pengaruh Operasional Pelabuhan Internasional Kijing Mempawah pada Kinerja Jalan Mempawah-Pontianak
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3655
<p><strong>Abstract.</strong> Port as a place used as a ship to lean, get on and off passengers, or unload goods, or is a terminal and berthing for ships equipped with supporting activity facilities and as a place for intra and intermodal transportation transfers. Kijing Terminal Port is built in the middle of the sea between Temaju Island and Kijing Beach, this terminal is planned to be operational in 2020, and will be dredging to a minimum depth of -15m (fifteen meters). The purpose of this study is to determine the achievement of the operational target of Kijing Mempawah Port in 2023. The approach methods in this study are one time survey and exploratory, hinterland analysis method with LQ analysis, port loading and unloading achievements using simple exponential methods and descriptive analysis, as well as traffic analysis and traffic characteristics. The results of the analysis of loading and unloading activities in 2022 missed far from what was projected in the 2016 Pontianak RIP, the existing condition of commodities from 2020 to 2021 experienced an upward trend. The coverage of kijing port stewards provides several additions to the city district in 2027. Singkawang City is not included in the hinterland area of Kijing Port. The geometric condition of the existing road in 2022 reaches 80 km / h, in full operation the speed of existing goods vehicles reaches 58 km / h, with DS 0.00056.</p> <p><strong>Abstrak. </strong>Pelabuhan sebagai tempat yang digunakan sebagai kapal bersandar, naik turun penumpang, ataupun bongkar muataan barang, ataupun merupakan terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas kegiatan penunjang serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan Terminal Kijing di bangun di tengah laut antara Pulau Temaju dan Pantai Kijing, terminal ini direncanakan pada tahun akan beroperasi pada tahun 2020, dan akan dilakukan pengerukan hingga kedalaman minimal -15m (lima belas meter). Tujuan dari penelitian ini yaitu Mengetahui capaian target operasional Pelabuhan Kijing Mempawah pada tahun 2023. Metode pendekatan dalam penelitian ini yaitu one time survey dan eksploratoris, metode analisis hinterland dengan analisis LQ, capaian bongkar muat pelabuhan menggunakan metode eksponensial sederhana dan analisis deskriptif, serta analisis lalu lintas dan karakteristik lalu lintas.Hasil analisis dari kegiatan bongkar muat tahun 2022 meleset jauh dari yang di proyeksikan pada RIP Pontianak 2016, kondisi eksisting komoditas 2020 hingga 2021 mengalami tren kenaikan. Cakupan pelayan pelabuhan kijing mengahskan beberapa penambahan pada kabupaten kota tahun 2027. Kota singkawang tidak termasuk dalam wilayah hinterland pelabuhan kijing. Kondisi geometric jalan eksisting tahun 2022 mencapai 80 km/jam, pada beroperasi penuh kecepatan kendaraan barang eksisting mencapai 58 km/jam, dengan DS 0,00056.</p>Siti RuqoyyahDadan MukhsinTonny Judiantono
Copyright (c) 2024 Siti Ruqoyyah, Dadan Mukhsin, Tonny Judiantono
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-182024-07-18798610.29313/jrpwk.v4i1.3655Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Maturitas Smart Living di Kelurahan Rawamangun
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRPWK/article/view/3694
<p><strong>Abstract.</strong> Smart city is a concept aimed at efficiently managing a city using technology to make it smarter and more optimal in utilizing resources, improving the quality of life for its residents, and ensuring environmental sustainability. This research aims to examine the level of <em>smart living</em> in Rawamangun Village with a focus on eliminating variables that influence <em>smart living</em> maturity. The main objective is to identify factors that can influence the level of <em>smart living</em> maturity in Rawamangun Village. The research method used is multiple regression to analyze the relationship between the selected variables. The research results show that of the 11 <em>smart living</em> variables studied, 6 of them have a significant influence on the level of <em>smart living</em> maturity. These variables, in order of influence, are walkable, safety, environment, open space and spatial, sanitation system, and mobility. The conclusion of this research is that identifying significant variables can provide a clearer picture of the factors that need to be considered in increasing the level of <em>smart living</em> in Rawamangun Village.</p> <p><strong>Abstrak. </strong><em>Smart city</em> adalah sebuah gagasan untuk mengelola kota dengan menggunakan teknologi secara efisien agar kota menjadi lebih pintar dan optimal dalam memanfaatkan sumber daya, meningkatkan kualitas hidup penduduk, serta menjaga keberlanjutan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat <em>smart living</em> di Kelurahan Rawamangun dengan fokus pada identifikasi variabel yang mempengaruhi maturitas <em>smart living</em>. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat kematangan <em>smart living</em> di Kelurahan Rawamangun. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi multiple untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 variabel <em>smart living</em> yang diteliti, 6 di antaranya memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat maturitas <em>smart living</em>. Variabel tersebut, berdasarkan urutan pengaruhnya, adalah walkable, safety, environment, open space and spatial, sanitation system, dan mobility. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa identifikasi variabel yang signifikan dapat memberikan pandangan yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan tingkat <em>smart living</em> di Kelurahan Rawamangun.</p>Muhammad Izzul Islam Al FaruqyIra Safitri Darwin
Copyright (c) 2024 Muhammad Izzul Islam Al Faruqy, Ira Safitri Darwin
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-07-182024-07-18879410.29313/jrpwk.v4i1.3694