https://aboutmusicschools.com https://slotmgc.com https://300thcombatengineersinwwii.com https://mobilephonesource.co.uk https://discord-servers.io https://esmark.net https://slotmgc.com https://nikeshoesinc.us https://ellisislandimmigrants.org https://holidaysanthology.com https://southaventownecenter.net https://jimgodfreydesign.com https://mckinneypaintingpros.com https://enchantedmansion.org https://mckinneypaintingpros.com https://laurabrodieauthor.com https://holidaysanthology.com https://ardictionary.com https://113.30.151.116 https://103.252.118.20 https://206.189.83.174 https://157.230.39.109 https://128.199.85.208 https://172.104.51.149 https://174.138.21.250 https://157.245.50.183 https://152.42.239.189 https://188.166.210.125 https://152.42.178.155 https://192.53.172.202 https://172.104.188.91 https://103.252.118.157 https://63.250.61.107 https://165.22.104.74

Arahan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Sukabumi

Authors

  • Gilang Rizkiansah Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung
  • Fachmy Sugih Pradifta Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung

DOI:

https://doi.org/10.29313/jrpwk.v4i1.3609

Keywords:

Pedagang Kaki Lima, Penataaan, Kawasan

Abstract

Abstract. This street vendors (PKL) typically operate in public spaces or crowded areas such as educational zones or government centers. The spatial arrangement of street vendors is a crucial issue faced by developing countries, including Indonesia, which often makes efforts to organize and regulate street vendors. The guidance for organizing street vendors aims to realize a clean, beautiful, orderly, and safe Sukabumi city with adequate infrastructure. Street vendors, operating as informal businesses due to limited formal employment opportunities, require attention in urban areas to avoid disrupting formal economic activities and other sectors. The coexistence of street vendors with other activities becomes a point of conflict in planning research. The organizational guidance incorporates several concepts derived from the analysis, including a time-based direction for street vendors.

Abstrak. Pedagang kaki lima (PKL) biasanya berjualan di tempat-tempat umum atau di tempat keramaian seperti kawasan Pendidikan ataupun di Kawasan pusat pemerintahan. Penataan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi persoalan yang krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia yang kerap melakukan upaya untuk menata dan menertibkan Pedagang Kaki Lima. Arahan penataan Pedagang Kaki Lima untuk Mewujudkan Kota Sukabumi yang Bersih, Indah, Tertib, dan Aman dengan Sarana Prasarana yang memadai. pedagang kaki lima sendiri yang merupakan tempat usaha informal akibat pekerjaan formal yang terbatas, maka pedagang kaki lima yang terdapat di perkotaan harus di perhatikan agar tidak mengganggung aktivitas perekonomian formal yang ada dan sektor lainnya, karena terdapat kesemarautan PKL dengan aktivitas lainnya menjadikan hal ini salah satu titik konflik yang ada pada penelitian di wilayah perencanaan. Arahan penataan ini memiliki beberapa konsep dari hasil analisis yang telah disusun di mana terdapat konsep arahan waktu untuk pedagang kaki lima.

.

References

F. Firmansyah, “Penataan Kawasan PKL Berdasarkan Preferensi Pedagang Di Kawasan Pusat Kota Jember,” Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya , Surabaya, 2009.

A. Maftuhin, “Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal-Usul, Teori dan Indikator,” TATALOKA, vol. 19, no. 2, p. 93, May 2017, doi: 10.14710/tataloka.19.2.93-103.

M. F. Pramono, “Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima dalam Perspektif Komunikasi Pembangunan di Surakarta,” Wahana Akademika, vol. 2, no. 1, 2015, doi: 10.21580/wa.v2i1.823.

K. Damayanti, “Determinan perempuan bekerja di Jawa Barat,” Jurnal Kependudukan Indonesia, vol. 16, no. 1, p. 55, Nov. 2021, doi: 10.14203/jki.v16i1.428.

S. Turner, C. Zubereca, and T.-T.-H. Phamb, “Visualizing frictional encounters: Analyzing and representing street vendor strategies in Vietnam through narrative mapping ,” Applied Geography , vol. 131, 2021.

S. E. Wibisono, “Arahan Penataan Kegiatan Pedagang Kaki Lima (Pkl) di Kawasan Gelora Sepuluh Nopember Surabaya ,” Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya , Surabaya, 2014.

I. A. Syahputra, H. Munirwan, and H. T. Putri, “Faktor Utama Pembentuk Permukiman Kumuh di Kelurahan Srengsem dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP),” Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, vol. 20, no. 1, Mar. 2024, doi: 10.14710/pwk.v20i1.48122.

R. Widjajanti, “Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada Kawasan Komersial Di Pusat Kota,” TEKNIK, vol. 30, no. 3, pp. 162–170, 2012, doi: https://doi.org/10.14710/teknik.v30i3.1892.

Edwina Fernanda and Weishaguna, “Arahan Penataan Promenade Setu Babakan,” Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota, pp. 115–128, Dec. 2023, doi: 10.29313/jrpwk.v3i2.2750.

Luthfiyyah Nurjaman and Ernawati Hendrakusumah, “Identifikasi Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Publik Pusat Kota Sukabumi,” Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota, pp. 139–150, Dec. 2023, doi: 10.29313/jrpwk.v3i2.2751.

Downloads

Published

2024-07-14