Konsep Pengembangan Kawasan REBANA: Memisahkan Fungsionalitas dan Branding Pengembangan Kawasan

Authors

  • Rama Arianto Widagdo Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Bandung
  • Faizah Finur Fithriah Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
  • Eka Jatnika Sundana Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

DOI:

https://doi.org/10.29313/jrpwk.v3i2.3299

Keywords:

Kawasan REBANA, Polycentric Smart Region, Konsep Pengembangan Kawasan

Abstract

Abstract. The development of the REBANA area is closely related to the large-scale development of industrial areas with all their negative impacts on the environment. In fact, a concept called Polycentric Smart Region is ready to be implemented for regional development to support environmental desires while still making regional connectivity the biggest factor in regional attractiveness. The data collection method used in this research is literature study with content analysis as the analysis method. The results obtained are that the Polycentric Smart Region Development Concept can be a solution to the REBANA Area development issues because of the planned grouping of cities, relying on regional connectivity, and limiting development in non-urban areas.

Abstrak. Pengembangan Kawasan REBANA sangat erat kaitannya dengan pembangunan kawasan industri secara besar-besaran dengan semua dampak negatifnya terhadap lingkungan. Padahal, sebuah konsep bernama Polycentric Smart Region siap diterapkan untuk pengembangan kawasan demi mendukung keberlanjutan lingkungan hidup dengan tetap menjadikan konektivitas wilayah sebagai faktor terbesar daya tarik kawasan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan analisis isi (content analysis) sebagai metode analisis. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Konsep Pengembangan Polycentric Smart Region dapat menjadi penyelesaian bagi isu-isu pengembangan Kawasan REBANA karena adanya pengelompokan kota yang terencana, bertumpu pada konektivitas wilayah, dan membatasi perkembangan di daerah non-perkotaan.

References

I. Gavrilă-Paven and I. Bele, “Developing a growth pole: theory and reality,” in Management, organizations and society, Agroinform, Budapest, 2017. doi: 10.18515/dbem.m2017.n01.ch22.

R. L. Gowland, A. Caffell, S. Newman, A. Levene, and M. Holst, “Broken Childhoods: Rural and Urban Non-Adult Health during the Industrial Revolution in Northern England (Eighteenth–Nineteenth Centuries),” Bioarchaeol Int, vol. 2, no. 1, pp. 44–62, Dec. 2018, doi: 10.5744/bi.2018.1015.

A. V. Mardianta, B. Kombaitan, H. Purboyo, and D. Hudalah, “Pengelolaan Kawasan Metropolitan di Indonesia dalam Perspektif Peraturan Perundangan,” Temu Ilmiah IPLBI, vol. 1, pp. 51–56, 2016.

K. Krippendorf, Content Analysis: an Introduction to Its Methodology. London: SAGE Publications, 2004.

T. S. Safarina and V. Damayanti, “Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Cibangkong Berdasarkan Konsep Livable Settlement,” Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota, pp. 55–64, Jul. 2023, doi: 10.29313/jrpwk.v3i1.1956.

J. Parr, “The Polycentric Urban Region: A Closer Inspection,” Reg. Studies , pp. 231–240, 2004.

I. Greco and A. Cresta, From SMART Cities to SMART City-Regions: Reflections and Proposals. 2017.

W. Stephen, “Regions, megaregions, and sustainability,” Reg Stud, vol. 43, no. 6, pp. 863–876, 2009, doi: 10.1080/00343400701861344.

R. A. Phillips, “The garden city movement : its origins and influence on early modern town planning,” Simon Fraser University, Kanada, 1977.

C. C. Reade, “A defence of the Garden City movement,” Town Plan Rev, vol. 4, no. 3, pp. 245–251, 1913.

Downloads

Published

2023-12-31