Identifikasi Urban Loneliness pada Pengunjung Kiara Artha Park
DOI:
https://doi.org/10.29313/jrpwk.v3i2.2763Keywords:
Loneliness, Ruang terbuka publik, placemakingAbstract
Abstract. Currently, mental health has become the world's spotlight. According to the World Health Organization (WHO) 970 million people or 13% of the world's population experience mental health disorders. Public open space as a third place for interaction is expected to reduce feelings of loneliness. Kiara Artha Park is one of the public open spaces that is favored by the people of the city of Bandung. Therefore, the purpose of this study is to identify the level of loneliness in visitors to Kiara Artha Park and to identify the characteristics of urban communities who experience loneliness. The approach method used in this research is mix methods. A quantitative approach method is used to identify the level of Loneliness in visitors to Kiara Artha Park using the UCLA Loneliness Scale analysis method. While the descriptive qualitative approach method is used to describe the results of observations and results of analysis. The results of the analysis show that the Loneliness level of Kiara Artha Park visitors who live in Bandung City is in the moderate category. The level of loneliness felt by these people is influenced by the lifestyle of urban communities which is likely to reduce their interaction with each other. The results of the analysis stated that the level of loneliness based on sex was higher in women and based on age was higher at the age of 13-25 years. Meanwhile, based on marital status, it is higher for those who are married than those who are not. And based on the type of work, it is higher for those who work or are active as students or students. In daily life style, a higher level of loneliness is for someone who lives in an apartment or flat, spends 8 hours working, spends 30 minutes – 1 hour traveling on a trip, and uses public transportation.
Abstrak. Saat ini kesehatan mental sudah menjadi sorotan dunia. Menurut World Health Organization (WHO) 970 juta orang atau 13% dari populasi dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Ruang terbuka publik sebagai tempat ketiga untuk berinteraksi diharapkan dapat mengurangi rasa kesepian. Kiara artha park salah satu ruang terbuka publik yang digemari oleh masyarakat kota bandung. Oleh karena itu, adapun tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi mengenai tingkat loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park dan mengidentifikasi karakteristik masyarakat perkotaan yang mengalami loneliness. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah mix methods. Metode pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi tingkat Loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park dengan menggunakan metode analisis UCLA Loneliness Scale. Sedangkan metode pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil observasi dan hasil analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat Loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park yang berdomisili di Kota Bandung tergolong kategori sedang. Tingkat loneliness yang dirasakan oleh masyarakat tersebut dipengaruhi oleh gaya gidup masyarakat urban yang kemungkinan besar mengurangi adanya interaksi satu sama lain. Hasil analisis menyatakan bahwa tingkat Loneliness berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan dan berdasarkan usia lebih tinggi pada usia 13-25 tahun. Sedangkan berdasarkan status perkawinan, lebih tinggi yang berstatus kawin daripada belum. Dan berdasarkan jenis pekerjaan, lebih tinggi yang bekerja atau beraktivitas sebagai pelajar atau mahasiswa. Pada gaya hidup keseharian, tingkat Loneliness lebih tinggi adalah pada seseorang yang bertempat tinggal di apartemen atau rumah susun, menghabiskan waktu untuk bekerja 8 jam, menghabiskan waktu di perjalanan 30 menit – 1 jam dalam sehari, dan menggunakan transportasi umum.
References
WHO, “World Mental Health Report : Transforming Mental Health For All,” 2022.
I. Putri Sari and R. Arruum Listiyandini, “Hubungan Antara Resiliensi dengan Kesepian (Loneliness) pada Dewasa Muda Lajang,” in Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) , 2015.
A. F. Al Hazmi, “Placemaking : A Solution For Urban Loneliness,” 2021.
D. Ayuningtyas, M. Misnaniarti, and M. Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental pada Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya,” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, vol. 9, no. 1, Oct. 2018, doi: 10.26553/jikm.2018.9.1.1-10.
F. I. Nugroho, D. A. Setyono, and E. B. Kurniawan, “Identifikasi Kriteria Layak Huni Permukiman di Kota Malang,” Jurnal Tata Kota dan Daerah, vol. 13, no. 2, 2021.
Ikatan Ahli Perencana, “Indonesia Most Livable City Index 2017,” 2017.
L. Bergefurt et al., “Loneliness and life satisfaction explained by public-space use and mobility patterns,” Int J Environ Res Public Health, vol. 16, no. 21, Nov. 2019, doi: 10.3390/ijerph16214282.
F. S. Pradifta, G. Puspitasari, I. Indratno, and F. Fadhilah, “The Application of Tactical Urbanism in Public Space on COVID-19 Transmission Prevention,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, IOP Publishing Ltd, Oct. 2021. doi: 10.1088/1755-1315/830/1/012087.
K. D. Nandana and H. Hindersah, “Evaluasi Pemanfaatan Area Kiara Artha Park Sebagai Ruang Publik,” in Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota, Bandung, 2020. doi: 10.29313/pwk.v7i1.26457.
Fachrizal, Yudiarti Diena, and A. S. M. Atamtajani, “Perancangan Fasilitas Duduk Bagi Keluarga Pada Area Bermain Anak di Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung,” e-Proceeding of Art & Design, vol. 7, no. 2, 2020.