Kohesi Sosial dalam Pengembangan Wisata Budaya: Studi terhadap Generasi Muda Kota Cirebon
DOI:
https://doi.org/10.29313/jrpwk.v2i2.1405Keywords:
Generasi Muda, Kohesi Sosial, Pengembangan Wisata BudayaAbstract
Abstract. Social cohesion is important in the implementation of development, including the development and preservation of culture. Cohesiveness or harmony in development is able increased stakeholders collaboration. This study aims to measure the level of social cohesion of the younger generation in the development of cultural tourism in the city of Cirebon. This study uses a quantitative approach, descriptive statistical analysis, and scoring methods. The data collection method used a questionnaire with 100 youths aged 18-35 years as respondents who were randomly selected. The results is the level of social cohesion of the younger generation in Cirebon City in the development of cultural tourism is moderate/enough or 76.1 percent based on the level of linear relationship, unity, and emotional attachment respectively 78 percent (high), 78 percent (high), and 72.8 percent (low). According to the younger generation, the community with the palace and local government related to cultural tourism have carried out their respective roles, there are no conflicts, but the willingness and emotional ties between them in developing cultural tourism are low. Thus, the cohesiveness of the younger generation still needs to be improved to develop cultural tourism through increased interaction and the role of the younger generation in cultural activities.
Abstrak. Kohesi sosial penting dalam implementasi pembangunan, termasuk pengembangan dan pelestarian budaya. Kohesivitas atau harmoni dalam pembangunan mampu mendorong peningkatan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Untuk itu, studi ini bertujuan mengukur tingkat kohesi sosial generasi muda dalam pengembangan wisata budaya di Kota Cirebon. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif serta menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan skoring. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 100 pemuda/i yang berusia 18–35 tahun yang dipilih secara acak. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi 5 (lima) tingkat, yakni sangat rendah, rendah, cukup/sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa tingkat kohesi sosial generasi muda di Kota Cirebon dalam pengembangan wisata budaya adalah sedang/cukup atau sebesar 76, 1 persen berdasarkan tingkat hubungan liniasi, persatuan, dan keterikatan emosi masing - masing sebesar 78 persen (tinggi), 78 persen (tinggi), dan 72,8 persen (rendah). Menurut generasi muda, komunitasnya dengan pihak keraton dan pemerintah daerah terkait wisata budaya sudah menjalankan perannya masing – masing, tidak berkonflik, tetapi kesediaan dan ikatan emosi diantara mereka dalam mengembangkan wisata budaya rendah. Namun demikian, kohesivitas generasi muda masih perlu ditingkatkan untuk mengembangkan wisata budaya melalui peningkatan interaksi dan peran generasi muda di kegiatan budaya.
References
D. Rosmalia, “Identifikasi Elemen Fisik Kebudayaan Kraton Sebagai Pembentuk Ruang Lanskap Budaya Kota Cirebon,” Media Matrasain, vol. 12, no. 3, pp. 44–53, 2015.
J. Ruspandi, “FENOMENA GEOGRAFIS DI BALIK MAKNA TOPONIMI DI KOTA CIREBON,” J. Pendidik. Geogr., vol. 14, no. 23, p. 97, 2014.
and M. S. Agung, Yusuf Ratu, Muhammad Anwar Fu’ady, “Kohesi sosial dalam membentuk harmoni kehidupan komunitas.,” J. Psikol. Perseptual, vol. 3, no. 1, pp. 37–43, 2018.
L. D. Apriawan, S. Nurjannah, and O. P. Inderasari, “Peran Modal Sosial Sebagai Strategi Dalam Pengembangan Indutri Kerajinan Tenun Di Desa Sukarara Kabupaten Lombok Tengah,” J. Urban Sociol., vol. 3, no. 1, p. 49, 2020, doi: 10.30742/jus.v3i1.1255.
G. H. Syahriar and Darwanto, “Modal Sosial dalam Pengembangan Ekonomi Pariwisata (Kasus Daerah Obyek Wisata Colo Kabupaten Kudus),” J. Ekon. Reg., vol. 10, no. 2, pp. 126–138, 2015.
R. Widagdo, “Dampak Keberadaan Pariwisata Religi terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon Ridwan,” Al- Amwal, Vol. 9, No. 1 Tahun 2017, vol. 3, no. 1, pp. 97–110, 2020.
SIANTURI HARADONGAN, “ANALISIS PERAN PEMUDA DALAM MENGEMBANGKAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH,” UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, 2015.
P. K. Wulandari, “GENERASI SADAR WISATA (PEMBERDAYAAN PEMUDA DAN PENDIDIKAN DUTA WISATA DI KABUPATEN TRENGGALEK,” vol. 1, no. 2, pp. 140–148, 2016.
I. Al Fazri and Hajam, “Kesenian Brai, Warisan Budaya Leluhur Cirebon,” J. Yaqzhan Anal. Filsafat, Agama dan Kemanus., vol. 5, no. 2, pp. 103–112, 2019.
Sarip, H. Fadhli, Siswoyo, and F. Aulyah, “Tradisi Lokal Cirebon,” vol. 5, no. 1, pp. 88–98, 2019, doi: 10.5281/zenodo.3551202.
S. Budi, “Metodologi Penelitian Kuantitatif (pertama),” pp. 1–30, 2013.
D. Ismail, Ismail Suardi Wekke, dkk. Kota Sorong, 2019.
dan H. Z. Z. Putra, Ghoustanjiwani Adi, Daim Triwahyono, “Kajian Ruang Publik sebagai Modal Sosial Pembentuk Kohesi Sosial sebagai Respon Era Industri 4.0.,” in Prosiding SEMSINA, 2019, p. 125.
Z. Ukhra, S.N., “Konsep Persatuan dalam Al-Qur’an dan Relevansinya dengan Pancasila Sila Ketiga,” J. Qur’anic Stud, vol. 6, pp. 111–125, 1967.
Y. Hamid, S.I., Dewi, D.A., Nugraha, A.R., Jaelani, W.R., Vichaully, “Implementasi Nilai Persatuan dan Kesatuan Bangsa dengan Model Pembelajaran Role Playing di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 5, pp. 5731–5738, 2021.
R. A. Sukoco, B.M., Hartawan, “Pengaruh Pengalaman Dan Keterikatan Emosional Pada Merk Terhadap Loyalitas Konsumen,” J. Manaj. Teor. dan Ter. J. Theory Appl. Manag, vol. 4, pp. 1–12, 2011.
E. S. Estherina, Y., Puspitarini, “Pengaruh Dari Identifikasi Organisasi Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan : Studi Kasus Pada Dosen Di Univeristas Patron,” Civ. Serv, vol. 13, pp. 73–82, 2019.
W. Budiaji, “Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert (The Measurement Scale and The Number of Responses in Likert Scale),” Ilmu Pertan. dan Perikan., vol. 2, no. 2, pp. 127–133, 2013.