https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/issue/feed Jurnal Riset Psikologi 2024-12-27T13:16:15+08:00 Dewi Rosiana uptpublikasi@unisba.ac.id Open Journal Systems <p><a title="Jurnal Riset Psikologi" href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP" target="_blank" rel="noopener"><strong>Jurnal Riset Psikologi</strong> (JRP)</a> adalah jurnal <em>peer review</em>&nbsp;dan dilakukan dengan&nbsp;<em>double blind review</em> yang mempublikasikan hasil riset dan kajian teoritik terhadap isu empirik dalam sub kajian Psikologi Sosial, Pendidikan, dll.&nbsp; <strong><a title="Jurnal Riset Psikologi" href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP" target="_blank" rel="noopener">JRP</a> </strong>ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan&nbsp; eISSN <a title="eISSN JRP" href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/20210714381617200" target="_blank" rel="noopener">2798-6071</a> yang diterbitkan oleh <a title="UPT Publikasi" href="https://publikasi.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener"><strong>UPT Publikasi Ilmiah</strong></a>,&nbsp;<a title="unisba" href="https://www.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Universitas Islam Bandung</a>. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-<em>indeks</em>&nbsp;di&nbsp;<a title="GS JRP" href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&amp;authuser=1&amp;user=ZHSul-sAAAAJ" target="_blank" rel="noopener">Google Schoolar</a>,&nbsp;<a title="Id Garuda" href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/25657" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>,&nbsp;<a title="doi" href="https://search.crossref.org/?q=unisba&amp;from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener">Crossref</a>, dan&nbsp;<a title="DOAJ" href="https://doaj.org/search/journals?ref=quick-search&amp;source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22bibjson.publisher.name.exact%22%3A%5B%22Universitas%20Islam%20Bandung%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22query_string%22%3A%7B%22query%22%3A%22universitas%20islam%20bandung%22%2C%22default_operator%22%3A%22AND%22%2C%22default_field%22%3A%22bibjson.publisher.name%22%7D%7D%7D%7D%7D" target="_blank" rel="noopener">DOAJ</a>. Terbit setiap <strong>Juli</strong> dan <strong>Desember</strong>.</p> https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5052 Remaja Penggemar Kpop Kesepian? Studi pada Treasure Maker di Kota Bandung 2024-12-09T12:36:02+08:00 Hasna Rafifah hsnrafifah@gmail.com Endah Nawangsih endah.nawangsih@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> The rise of the “Korean Wave” targeting teenagers has led to a high number of K-Pop fans in their teens. The ongoing development of technology has presented a special platform for idols and fans that makes it easier for fans to access information about their idols, which can then foster feelings of attachment. Individuals who are less skilled in socializing, such as individuals with high levels of loneliness, tend to form parasocial relationships to be able to fulfill their social and friendship needs. This study aims to obtain empirical data on the relationship between loneliness and parasocial relationships in Treasure Maker users of Weverse Membership using quantitative methods and a sample size of 235 Treasure Maker users of Weverse Membership in Bandung City. The researcher used the UCLA Loneliness Scale Version 3 measuring instrument developed by Rusell (1996) and the Multiple Parasocial Relationship Scale (MPR-S) from Tukachinsky (2010). The results of the data analysis carried out using the Spearman Rank correlation technique, obtained a correlation coefficient value of 0.998 for parasocial friendship and 0.997 for parasocial love with a significance value of 0.000. The results show that H0 is rejected, meaning that there is a positive relationship between loneliness and parasocial relationships, the higher the loneliness, the higher the degree of parasocial relationship.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Maraknya “<em>Korean Wave</em>” dengan sasaran penyebaran remaja, menyebabkan tingginya angka fans K-Pop di usia remaja. Perkembangan teknologi yang terus terjadi menghadirkan <em>platform</em> khusus idola dan penggemar yang memudahkan para penggemar mengakses informasi mengenai idolanya, yang kemudian dapat menumbuhkan perasaan kelekatan. Individu yang kurang terampil dalam bersosialisasi seperti individu dengan tingkat kesepian yang tinggi, cenderung menjalin hubungan parasosial untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial dan persahabatannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris dari hubungan antara <em>loneliness </em>dengan <em>parasocial relationship</em> pada <em>Treasure Maker </em>pengguna <em>Weverse Membership</em> dengan metode kuantitatif dan jumlah sampel 235 <em>Treasure Maker </em>pengguna <em>Weverse Membership </em>yang berada di Kota Bandung. Peneliti menggunakan alat ukur UCLA <em>Loneliness Scale Version</em> 3 yang dikembangkan oleh Rusell (1996) dan <em>Multiple Parasocial Relationship Scale</em> (MPR-S) dari Tukachinsky (2010). Hasil dari analisis data yang dilakukan dengan teknik korelasi <em>Rank Spearman</em>, didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.998 pada <em>parasocial friendship </em>dan 0.997 pada <em>parasocial love</em> dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat hubungan positif antara <em>loneliness </em>dengan <em>parasocial relationship</em>, semakin tinggi <em>loneliness </em>maka semakin tinggi derajat <em>parasocial relationship.</em></p> 2024-12-20T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5053 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Academic Burnout pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2024-12-21T23:31:43+08:00 Ghaida Salsabila sghaida32@gmail.com Temi Damayanti Djamhoer temidamayanti@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> In several studies conducted previously, the heavy academic load on medical students can cause academic burnout. Academic Burnout that is not addressed properly is worried that it will have an impact on the residency stage. The purpose of this study was to determine the effect of emotional intelligence on Academic Burnout in first to third year students of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic niversity. To describe the effect of emotional intelligence on Academic Burnout The research method used is Quantitative with non-experimental causality design. The data analysis used was simple linear regression involving 248 subjects from first to third year students of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University with Convenience Sampling Technique. Academic Burnout was measured using the Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) measuring instrument adapted by Agustia (2015) and the Emotional Intelligence measuring instrument using the Emotional Intelligence Inventory (EII) which was compiled based on aspects of Goleman and adapted by Arlinkasari &amp; Akmal (2017). The results of this study indicate that emotional intelligence has an influence on Academic Burnout by 86.3%. The majority of Faculty of Medicine students have high emotional intelligence, namely 90% and 53.6% of students have a low level of Academic Burnout.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Dalam beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya beban Akademik berat pada Mahasiswa Kedokteran dapat menyebabkan <em>academic burnout</em>. <em>Academic Burnout</em> yang tidak diatasi dengan baik khawatir akan berdampak pada tahap residensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap <em>academic Burnout</em> pada mahasiswa tahun pertama hingga ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Untuk menggambarkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap <em>Academic Burnout</em>. Metode Penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif dengan rancangan kausalitas non eksperimental. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana yang melibatkan 248 subjek yang berasal dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat satu sampai tiga dengan Teknik <em>Convenience Sampling</em>. <em>Academic Burnout</em> diukur dengan menggunakan alat ukur <em>Maslach Burnout Inventory-Student Survey</em> (MBI-SS) yang diadaptasi oleh Agustia (2015) dan alat ukur Kecerdasan Emosional menggunakan <em>Emotional Intelligence Inventory</em> (EII) yang disusun berdasarkan aspek-aspek dari Goleman dan diadaptasi oleh Arlinkasari &amp; Akmal (2017). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap <em>academic burnout</em> sebesar 86,3%. Mayoritas Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki kecerdasan emosi yang tinggi yakni sebanyak 90% serta sebesar 53,6% Mahasiswa memiliki tingkat Academic Burnout yang rendah.</p> 2024-12-26T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5116 Pengaruh Intensitas Penggunaan Instagram terhadap Perilaku Cyberbullying pada Mahasiswa 2024-12-22T12:03:22+08:00 Rizka Fadhilla Putri rizkafadhillaputri@gmail.com Agus Budiman agusbudiman1105@yahoo.com <p><strong>Abstract.</strong> instagram, the most popular social media platform, allows users to share photos and videos and interact through comments and direct messages. However, along with the increase in usage, there has been a troubling increase in cyberbullying cases. Students are one of the most active groups using social media platforms such as Instagram, Twitter, Facebook, and others. The purpose of this study is to determine the effect of Instagram usage intensity on cyberbullying behavior carried out by X University students. This study uses a quantitative approach that uses non-experimental causality and cluster sampling methods. The research subjects were 394 active undergraduate students at University X, with ages ranging from 18 to 24 years old. Data analysis was carried out using simple linear regression and descriptive statistical analysis. Data collection was carried out using the Instagram intensity scale measuring instrument from Del barrio's theory (in Andarwati, 2016) for the Instagram Use Intensity variable and the cyberbullying behavior scale from Willard (2007) for the cyberbullying behavior variable. The results of data analysis state that the contribution value is 11.6% and obtained a significance value of 0.00 &lt;0.05 and amounting to 7,178&gt; (1,966), then the Instagram Usage Intensity variable affects the cyberbullying behavior variable. This means that the higher the intensity of Instagram use in students, the higher the intensity of Instagram use.</p> <p>Abstrak. Instagram sebagai platform media sosial yang paling populer, memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto dan video serta berinteraksi melalui komentar dan pesan langsung. Namun, seiring dengan peningkatan penggunaan, terjadi peningkatan kasus cyberbullying yang meresahkan. Mahasiswa adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggunakan platform-media sosial seperti, Instagram, Twitter, Facebook, dan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan Instagram terhadap perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas X. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode kausalitas non-eksperimental dan cluster sampling. Subjek penelitian adalah mahasiswa aktif program sarjana di Universitas X yang berjumlah 394 orang, dengan usia dari 18 sampai 24 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear sederhana dan analisis statistic deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan alat ukur skala intensitas Instagram dari teori Del barrio (dalam Andarwati, 2016) untuk variabel Intenstias Penggunaan Instagram dan skala perilaku cyberbullying dari Willard (2007) untuk variabel perilaku cyberbullying. Hasil analisis data menyatakan bahwa nilai kontribusi sebesar 11,6% dan didapat nilai signifikansi sebesar 0.00 &lt; 0,05 dan sebesar 7.178 &gt; (1.966) maka variabel Intensitas Penggunaan Instagram berpengaruh terhadap variabel perilaku cyberbullying. Artinya semakin tinggi intensitas penggunaan Instagram pada mahasiswa maka secara signifikan akan berpengaruh meningkatkan perilaku cyberbullying.</p> 2024-12-27T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5122 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Komitmen Afektif Karyawan Generasi Z 2024-12-22T04:13:05+08:00 Azelia Almira Islamey azelia.almira@gmail.com Ayu Tuty Utami ayu.tutyutami@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> Working in a company brings individuals to interact with different generations. In a dynamic work environment, it is important for organizations to have a deep understanding of Generation Z as a new generation in the workforce. Allen &amp; Meyer (1991), defined affective commitment as an individual's emotional attachment to the organization they work for. One way to increase this affective commitment is to provide organizational support to employees. Eisenberger (1986) defines perceived organizational support as the perception of employees as the extent to which employees feel that their organization values their contribution and cares about their well-being. The purpose of this study is to find out the influence of perceived organizational support on the affective commitment of generation Z employees. The method used in this study is a quantitative causality method using simple linear regression analysis. The instrument used is The Survey of Perceived Organizational Support (SPOS) based on Eisenberger's theory (1986) adapted by Syahputra, W., Yundianto, D., &amp; Indrawardhana, E. (2022) and the affective commitment scale from Allen &amp; Meyer (1991) which has been adapted by Suseno, M. N. M. (2019). The results of this study show that perceived organizational support has an influence on affective commitment of 0.307, meaning that there are other factors that can affect the existence of affective commitment in generation Z employees in Bandung city corporations.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> &nbsp;Bekerja di sebuah perusahaan membawa individu untuk berinteraksi dengan berbagai generasi. Dalam lingkungan kerja yang dinamis, penting bagi organisasi untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang generasi Z sebagai generasi baru dalam angkatan kerja. Allen &amp; Meyer (1991), mendefinisikan komitmen afektif sebagai ikatan emosional individu terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Salah satu cara untuk meningkatkan komitmen afektif ini adalah dengan memberikan dukungan organisasi kepada para karyawan. Eisenberger (1986) mendefinisikan perceived organizational support sebagai persepsi karyawan megenai sejauh mana karyawan merasa bahwa organisasi mereka menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh perceived organizational support terhadap komitmen afektif karyawan generasi Z. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan generasi Z di korporasi kota Bandung, yang berjumlah 96 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif kausalitas dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Instrumen yang digunakan adalah The Survey of Perceived Organizational Support (SPOS) berdasarkan teori Eisenberger (1986) yang diadaptasi oleh Syahputra, W., Yundianto, D., &amp; Indrawardhana, E. (2022) dan skala komitmen afektif dari Allen &amp; Meyer (1991) yang telah diadaptasi oleh Suseno, M. N. M. (2019). Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa perceived organizational support memiliki pengaruh terhadap komitmen afektif sebesar 0.307 artinya terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi adanya komitmen afektif pada karyawan generasi Z di korporasi kota Bandung.</p> 2024-12-28T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5130 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Big Five Dengan Gambling Disorder Pada Pemain Judi Slot Online 2024-12-27T13:16:15+08:00 Riki Agung Sonjaya rikiagungsonjaya@gmail.com Fanni Putri Diantina fanni.putri@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Gambling is a form of gaming that involves a certain amount of money. Gambling in the current era is growing rapidly where there are lots of sites that provide various types. Gambling that is currently popular is online slot gambling. This gambling causes addictive behavior, uncontrolled gambling behavior can become a problem. This personality greatly influences a person's addiction, nature and personality are one of the factors that can influence a person's addiction. Therefore, this research aims to see the relationship between the Big Five personality theory and Gambling Disorder in online slot gambling players. The instruments used in this research were the Big Five Inventory-2 (BFI-2) developed by Soto &amp; John (2017) and adapted to the Indonesian version by Ahya &amp; Siaputra (2021) and the Problem Gambling Severity Index (PGSI) developed by Ferris &amp; Wynne (2001). This research data was obtained from 280 respondents selected using purposive sampling techniques. This research method uses a correlational method with Spearman rank test analysis. The research results show that the Openness aspect has a significant positive correlation with gambling disorders of (0.495), the Conscientiousness aspect has a significant positive correlation of (0.522), the Extraversion aspect has a significant positive correlation of (0.148), the Agreeableness aspect has a significant positive correlation of (0.148) a significant positive correlation of (0.227), and the Neuroticism aspect has a significant positive correlation. positive (0.596).</p> <p><strong>Abstrak.</strong><em>&nbsp;Gambling </em>merupakan sebuah bentuk permainan yang melibatkan sejumlah uang, perjudian di era sekarang berkembang pesat dimana banyak situs-situs yang menyediakan beragam jenisnya, perjudian yang sedang marak saat ini yaitu judi <em>slot online</em>. Perjudian ini menimbulkan perilaku kecanduan, perilaku berjudi yang tidak terkendali dapat menjadi masalah (<em>problematic</em>). Kepribadian ini sangat mempengaruhi dari kecanduan seseorang, sifat dan kepribadian adalah salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap kecanduan dari individu. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Teori kepribadian <em>Big Five </em>dan <em>Gambling Disorder </em>pada pemain judi slot <em>online</em>. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>Big Five Inventory-2</em> (BFI-2) yang dikembangkan oleh Soto &amp; John (2017) dan diadaptasi ke versi bahasa Indonesia oleh Ahya &amp; Siaputra (2021) dan <em>Problem Gambling Severity Index</em> (PGSI) yang dikembangkan oleh Ferris &amp; Wynne (2001). Data penelitian ini diperoleh dari 280 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Metode penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan analisis uji <em>rank spearman</em>. Hasil menunjukan aspek <em>Openness</em> signifikan berkorelasi positif terhadap <em>gambling disorder</em> sebesar (0,495), aspek <em>Conscientiousness</em> signifikan berkorelasi positif sebesar (0,522), aspek <em>Extraversion</em> signifikan berkorelasi positif sebesar (0,148), aspek <em>Agreeableness</em> signifikan berkorelasi positif sebesar (0,227), dan aspek <em>Neuroticism</em> signifikan berkorelasi positif sebesar (0,596).</p> 2024-12-29T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5228 Pengaruh Family Resilience terhadap Subjective Well-Being Ibu dari Anak Pengidap Kanker 2024-12-11T00:00:32+08:00 Raden Hafiyya Nurfadhilah hafiyyanurfadhilah@gmail.com Susandari susandari@unisba.ac.id <p><strong>Abstract.</strong> The purpose of this study was to determine how family resilience affects subjective well-being in mothers of children with cancer. Walsh (2006) explains family resilience is a process of coping and adaptation in the family as a functional unit. According to Diener (2002) Subjective well-being is an individual's subjective evaluation, including life satisfaction and feelings they feel. The subjects of this study were 50 mothers of children with cancer who lived temporarily in a halfway house. The hypothesis of this study is that family resilience has a significant effect on the subjective well-being of mothers of children with cancer. The method used is quantitative with simple regression analysis. The measuring instrument used is the Family Resilience Assessment Scale (FRAS) developed by Sixbey (2005) and then adapted into Indonesian by Iskandarsyah et al. (2014). The subjective well-being measuring instrument uses the Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Diener (1985) which was adapted into Indonesian by Akhtar (2019) to measure the cognitive dimension and the Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) by Diener (2010) which was adapted in Indonesian by Aryanto (2018). The regression results show that family resilience affects subjective well-being.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh family resilience terhadap subjective well-being pada ibu dari anak pengidap kanker. Walsh (2006) menjelaskan family resilience merupakan proses coping dan adaptasi dalam keluarga sebagai suatu unit yang fungsional. Menurut Diener (2002) Subjective well-being adalah evaluasi subyektif individu, termasuk kepuasan hidup dan perasaan yang dirasakannya. Subjek penelitian ini adalah 50 ibu dari anak pengidap kanker yang tinggal sementara di rumah singgah. Hipotesis penelitian ini adalah family resilience berpengaruh secara signifikan terhadap subjective well-being ibu dari anak pengidap kanker. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah Family Resilience Assessment Scale (FRAS) yang dikembangkan oleh Sixbey (2005) lalu diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Iskandarsyah et al. (2014). Alat ukur subjective well-being menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) oleh Diener (1985) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Akhtar (2019) untuk mengukur dimensi kognitif dan Scale of Positive and Negatif Experience (SPANE) oleh Diener (2010) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Aryanto (2018). Hasil regresi menunjukan bahwa family resilience berpengaruh terhadap subjective well-being.</p> 2024-12-27T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5273 Pengaruh Interpersonal Communication Terhadap Competitive Anxiety Pada Atlet Ganda Bulutangkis PORDA Jawa Barat 2024-12-16T22:58:37+08:00 Irgi Achmad Riyadi irgiriyadi02@gmail.com Suhana hansunisba@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> Psychological factors play a crucial role in sport, as they drive or direct athlete performance and determine 80% of athlete victories. One of the psychological factors that affect athletes during competition is anxiety. One response that can affect athlete anxiety is interpersonal communication. Interpersonal communication is a type of communication that allows reciprocity.&nbsp; This study uses a quantitative research design with the causality method. The research sample consisted of 133 respondents of West Java PORDA badminton doubles athletes with random sampling technique. The measuring instruments used were the Interpersonal Communication Inventory from Millard J. Bienvenu and the Sport Competition Anxiety Test from Rainer Martens. Data analysis was performed using simple linear regression techniques to measure the effect of Interpersonal Communication and Competitive Anxiety. The results showed that Interpersonal Communication had an influence of 20.6% on Competitive Anxiety in West Java PORDA badminton doubles athletes with an R Square value of 0.103. These findings indicate that the effect of Interpersonal Communication on Competitive Anxiety is in the low category. This shows that there are 79.4% other factors that influence Competitive Anxiety. Future research needs to consider other independent variables that can affect Competitive Anxiety and reconsider the sample criteria to be used.</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Faktor psikologis memiliki peran krusial dalam olahraga, karena menjadi pendorong atau pengarah performa atlet dan menentukan 80% dari kemenangan atlet. Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi atlet saat kompetisi adalah kecemasan. Salah satu respons yang dapat mempengaruhi kecemasan atlet adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah jenis komunikasi yang memungkinkan adanya timbal balik.&nbsp; Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode kausalitas. Sampel penelitian terdiri dari 133 responden atlet ganda bulutangkis PORDA Jawa Barat dengan teknik <em>random sampling</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Interpersonal Communication Inventory </em>dari Millard J. Bienvenu dan <em>Sport Competition Anxiety Test </em>dari Rainer Martens. Analisis data dilakukan menggunakan teknik regresi linear sederhana untuk mengukur pengaruh <em>Interpersonal Communication </em>dan <em>Competitive Anxiety</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>Interpersonal Communication </em>memiliki pengaruh sebesar 20,6% terhadap <em>Competitive Anxiety </em>pada atlet ganda bulutangkis PORDA Jawa Barat dengan nilai R Square sebesar 0,103. Temuan ini menunjukkan bahwa pengaruh <em>Interpersonal Communication </em>terhadap <em>Competitive Anxiety</em> berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 79,4% faktor lainnya yang mempengaruhi <em>Competitive Anxiety.</em> Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan variabel independen lain yang dapat mempengaruhi <em>Competitive Anxiety </em>dan mempertimbangkan kembali kriteria sampel yang akan digunakan.</p> 2024-12-31T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5274 Pengaruh Self-esteem Terhadap Parasocial Relationship Penggemar K-Pop di Kota Bandung 2024-12-09T12:40:56+08:00 Desanty Rachmayani Rochendy Putri desantyrrp@gmail.com Muhammad Ilmi Hatta m.ilmi.hatta@gmail.com <p><strong>Abstract.</strong> The phenomenon of parasocial relationships is increasingly emerging on social media, especially platform X, where many individuals claim to be trapped in parasocial relationships with their idols. Turner explained that individuals who are in the low self-esteem category are more likely to form a parasocial relationship. This study aims to determine how much self-esteem influences parasocial relationships among K-Pop fans in Bandung. The study used a quantitative research design with a causality method. The research sample consisted of 306 K-Pop fan respondents with a purposive sampling technique. The measuring instrument used was the Rosenberg Self-Esteem Scale which was constructed by Maroqi (2018) and the Multiple Parasocial Relationship Scale which the researcher adapted. The data analysis process was carried out using multiple regression techniques to measure the influence of self-esteem and its two aspects, self-competence and self-worthiness, on parasocial relationships. The results showed that self-esteem had an influence of 0.8% on parasocial relationships among K-Pop fans in Bandung. The self-competence aspect does not affect parasocial relationships and the self-worthiness aspect has an effect of 0.16%. This finding shows that the effect of self-esteem on parasocial relationships is in the low category. This indicates that other factors may have a greater influence on the development of this parasocial relationship. Further research needs to consider other independent variables that can affect parasocial relationships and reconsider the sample criteria to be used.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Abstrak.</strong> Fenomena <em>parasocial relationship</em> semakin marak bermunculan di media sosial, khususnya <em>platform</em> X, banyak individu mengklaim diri mereka terjebak dalam hubungan parasosial dengan idolanya. Turner menjelaskan bahwa individu yang berada pada kategori<em> self-esteem</em> rendah memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menciptakan suatu hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh <em>self-esteem</em> terhadap <em>parasocial relationship</em> terhadap penggemar <em>K-Pop </em>di Kota Bandung. Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode kausalitas. Sampel penelitian terdiri dari 306 responden penggemar <em>K-Pop</em> dengan teknik <em>purposive sampling</em>. Alat ukur yang digunakan adalah <em>Rosenberg Self-Esteem Scale </em>yang sudah dikonstruksikan oleh Maroqi (2018) dan <em>Multiple Parasocial Relationship Scale </em>yang diadaptasi oleh peneliti. Proses analisis data menggunakan teknik regresi berganda untuk mengukur pengaruh <em>self-esteem</em> dan kedua aspeknya yaitu <em>self-competence</em> dan <em>self-worthiness</em> terhadap <em>parasocial relationship</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>self-esteem</em> memiliki pengaruh sebesar 0,8% terhadap <em>parasocial relationship</em> terhadap penggemar <em>K-Pop</em> di Kota Bandung. Aspek <em>self-competence</em> tidak memberikan pengaruh pada <em>parasocial relationship</em> dan aspek <em>self-worthiness</em> memberikan pengaruh sebesar 0,16%. Temuan ini menunjukkan bahwa kontribusi <em>self-esteem</em> terhadap <em>parasocial relationship</em> rendah. Hal ini menunjukkan terdapat faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh lebih besar terhadap perkembangan hubungan parasosial ini. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan variabel independen lain yang dapat mempengaruhi parasocial relationship dan mempertimbangkan kembali kriteria sampel yang akan digunakan.</p> 2024-12-31T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5445 The Implementation of Self-Regulated Learning to Enhance Students' Learning Motivation at SMA Muhammadiyah X GKB 2024-12-21T22:51:05+08:00 Faisatul Muayadah faisatul2003@gmail.com <p>Motivasi belajar sangat penting bagi prestasi akademik siswa, terutama di Sekolah Menengah Atas. Banyak siswa mengalami penurunan motivasi belajar. Indikator rendahnya motivasi ini meliputi ketidakmampuan menetapkan tujuan belajar, kurangnya inisiatif , dan sering menunda tugas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah X GKB melalui penerapan teknik <em>Self-Regulated Learning</em> (SRL). Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian one group pretest-postest. Subjek penelitian adalah siswa dengan motivasi belajar dalam kategori sedanh, yang dievaluasi melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SRL secara signifikan meningatkan motivasi belajar siswa. Skor motivasi belajar meningkat dari kategori sedang (nilai pretest &lt;81,3) menjadi kategori tinggi (nilai post-test &gt;81,3) setelah intervensi. Uji Wilcoxon menunjukkan hasil signifikan (Asymp. Sig. 0,003), mengonfirmasi efektifitas intervensi. Teknik SRL membantu siswa dalam mengelola waktu, menetapkan tujuan, memecahakan masalah, dan mengevaluasi hasil belajar, sehingga mereka menjadi lebih mandiri dan termotivasi. Melalui tahapan SRL yang meliputi Analyze, Plan, Implement, Comperhend, Problem Solving, Evaluate, dan Modify, siswa belajar untuk mengatur dan mengevaluasi proses belajar secara mandiri. Dengan demikian, penerapan SRL terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 10 di SMA Muhammadiyah X GKB.</p> 2024-12-29T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRP/article/view/5446 The Pengembangan Keterampilan Manajemen Waktu sebagai upaya mengatasi Prokrastinasi akademik pada siswa SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik 2024-12-22T11:54:41+08:00 Salma Nadia eggnanad@gmail.com <p>Manajemen waktu yang efektif merupakan keterampilan penting yang dapat membantu siswa mengatasi prorktasinasi. Kemampuan untuk merencanakan, mengatur, dan memprioritaskan tugas secara efektif dapat mengurangi kecenderungan menunda-nunda dan membantu siswa mengelola beban akademik mereka dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah prokrastinasi akademik yang sering dialami siswa melalui pengembangan keterampilan manajemen waktu. Prokrastinasi berdampak negatif pada prestasi akademik, stres, dan kesejahteraan siswa. Studi ini melibatkan siswa kelas 10 di SMA Muhammadiyah 10 GKB. Program yang dirancang meliputi pre-test, intervensi menggunakan metode manajemen waktu, dan evaluasi melalui post-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat prokrastinasi akademik secara signifikan setelah pelaksanaan program.Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan skor prokrastinasi pada beberapa siswa, perbedaan antara pre-test dan post-test tidak signifikan secara statistik (p &gt; 0,05). Hasil ini menunjukkan perlunya penyesuaian metode atau durasi program untuk meningkatkan efektivitasnya. Temuan ini menegaskan pentingnya penerapan manajemen waktu dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan siswa. dan mengevaluasi proses belajar secara mandiri.</p> 2024-12-27T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Riset Psikologi