https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/issue/feedJurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital2024-12-29T16:44:04+08:00Dedeh Fardiahuptpublikasi@unisba.ac.idOpen Journal Systems<p><a href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/index" target="_blank" rel="noopener"><strong>Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital </strong>(JRJMD)</a> adalah jurnal <em>peer review</em> dan dilakukan dengan <em>double blind review</em> (<em>review</em> secara tertutup) yang mempublikasikan kajian teoritik dan hasil riset terhadap isu-isu empirik dalam sub kajian Jurnalistik dan media digital. <a title="Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital" href="https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD" target="_blank" rel="noopener"><strong>JRJMD </strong></a>ini dipublikasikan pertamanya pada tahun 2021 dengan eISSN <a title="eISSN JRJMD" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210715331352756" target="_blank" rel="noopener">2798-6403</a> yang dikelola dan dipublikasikan oleh <a title="UPT Publikasi" href="https://portal-publikasi.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">UPT Publikasi Ilmiah</a>, <a title="unisba" href="https://www.unisba.ac.id/" target="_blank" rel="noopener">Universitas Islam Bandung</a>. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini akan ter-<em>indeks </em>di <a title="GS JRJMD" href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&authuser=3&user=bX46B7QAAAAJ" target="_blank" rel="noopener">Google Schoolar</a>, <a title="Id Garuda" href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/25647" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>, <a title="doi jrjmd" href="https://doi.org/10.29313/jrjmd" target="_blank" rel="noopener">Crossref</a>, dan <a title="DOAJ" href="https://doaj.org/search/journals?ref=quick-search&source=%7B%22query%22%3A%7B%22filtered%22%3A%7B%22filter%22%3A%7B%22bool%22%3A%7B%22must%22%3A%5B%7B%22terms%22%3A%7B%22bibjson.publisher.name.exact%22%3A%5B%22Universitas%20Islam%20Bandung%22%5D%7D%7D%5D%7D%7D%2C%22query%22%3A%7B%22query_string%22%3A%7B%22query%22%3A%22universitas%20islam%20bandung%22%2C%22default_operator%22%3A%22AND%22%2C%22default_field%22%3A%22bibjson.publisher.name%22%7D%7D%7D%7D%7D" target="_blank" rel="noopener">DOAJ</a>. Terbit setiap <strong>Juli</strong> dan <strong>Desember.</strong></p>https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/5238Aktivitas Komunikasi Antar Budaya ”Slow Living” 2024-12-20T00:59:38+08:00Nabil Rabbaninabileldragneel27@gmail.comRini Rinawatirini.rinawati@unisba.ac.id<p><strong>Abstrak.</strong> Dunia telah konkret oleh gaya hidup hustle culture, di mana masyarakat percaya bahwa kerja keras adalah satu-satunya cara untuk meraih kesuksesan. Slow Living hadir sebagai respons terhadap gaya hidup yang terburu-buru dan konsumerisme yang berlebihan. Generasi Z menghadapi masalah komunikasi yang sulit fokus akibat kesibukan di dunia digital, di mana komunikasi online sering kali mencerminkan ketidakjujuran, menyebabkan konflik. Gaya hidup instan dan kebiasaan monoton membuat mereka hidup seperti dalam "autopilot," berfungsi secara otomatis tanpa refleksi mendalam. Akibatnya, interaksi menjadi kurang bermakna dan autentik. Gaya hidup merupakan aspek dominan yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Di sisi lain, banyak daerah di Indonesia menyediakan tempat perlindungan dari kesibukan urban, menawarkan kesempatan bagi penduduknya untuk hidup dengan ritme yang lebih lambat dan lebih dekat dengan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas budaya Slow Living di kalangan Generasi Z dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan etnografi komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam aktivitas budaya Slow Living di kalangan Generasi Z, bagaimana generasi muda ini mencari makna dan autentisitas dalam interaksi mereka di tengah tekanan teknologi dan budaya kerja keras. Slow Living dapat menjadi alternatif yang bermakna bagi Generasi Z yang berusaha melawan tekanan dari hustle culture dan dunia digital yang serba cepat.</p> <p><strong>Abstract.</strong> The world has been concretely influenced by the hustle culture lifestyle, where society believes that hard work is the only way to achieve success. Slow Living has emerged as a response to the fast-paced lifestyle and excessive consumerism. Generation Z faces communication issues, struggling to focus due to the busyness of the digital world, where online communication often reflects dishonesty, leading to conflicts. The instant lifestyle and monotonous habits make them live on "autopilot," functioning automatically without deep reflection. As a result, interactions become less meaningful and authentic. Lifestyle is a dominant aspect influenced by technological advancements. On the other hand, many areas in Indonesia provide refuges from urban hustle, offering residents the opportunity to live at a slower pace and closer to nature. This research aims to explore Slow Living cultural activities among Generation Z using qualitative methods and ethnographic communication approaches. The findings reveal communicative situations, communicative events, and communicative acts in the Slow Living activities among Generation Z, showing how these young people seek meaning and authenticity in their interactions amidst the pressures of technology and hustle culture. Slow Living can become a meaningful alternative for Generation Z striving to counter the pressures of hustle culture and the fast-paced digital world. Therefore, the researcher believes that these problems and phenomena are considered important and interesting to research. The researcher is interested in writing this research, about how the club implements it and how the club faces challenges in implementing Cyber public relations and also why this club is open about its financial management on Instagram social media. This research uses a constructivist paradigm with qualitative research methods and a case study approach. Researchers used boundary spanning theory and Philips and Young theory to examine the findings.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Nabil Rabbani, Rini Rinawatihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4793Makna Politik Citra dalam Foto IPPHOS2024-12-16T23:01:40+08:00Tanto Trisno Mulyonotantotrisno@gmail.com<p><strong>Absract. </strong>Indonesia post-independence political image has suffered in many ways, depending only on ideology and rhetoric. Soekarno took advantage of this with his close relationship with photojournalists including IPHHOS. The IPPHOS photos are dissected with Roland Barthes Studium Punctum theory. Studium, the maturity and professionalism of the division of tasks of IPPHOS Jakarta and Yogaykarta in accordance with the character of the Mendur brothers so as to produce photos with character as well. Punctum, Soekarno closeness and foresight with photojournalists, utilizing this closeness to improve the image of Soekarno and Indonesia through photography.</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak. </strong>Citra politik pasca kemerdekaan Indonesia dalam berbagai hal terpuruk, hanya bergantung dari ideologi dan retorika. Soekarno memanfaatkan itu dengan modal kedekatannya dengan wartawan foto termasuk IPHHOS. Foto-foto IPPHOS tersebut dibedah dengan teori Studium Punctum Roland Barthes. Studium, kematangan dan profesionalisme pembagian tugas IPPHOS Jakarta dan Yogaykarta sesuai dengan karakter Mendur bersaudara sehingga menghasilkan foto yang berkarakter pula. Punctum, kedekatan dan kejelian Soekarno dengan pewarta foto, memanfaatkan kedekatan tersebut untuk memperbaiki citra Soekarno dan Indonesia melalui karya fotografi.</p>2024-12-29T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Tanto Trisnohttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/5126Pemberitaan Childfree Pada Media Berita Online2024-12-22T17:41:03+08:00Hasna Nasywa Maitsahasnansywa@gmail.comArba’iyah Satrianiarbaiyahsatriani@unisba.ac.id<p><strong>Abstrak. </strong>Memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree marak diperbincangkan karena ada seorang influencer yang menganggap bahwa mempunyai anak bukanlah suatu kewajiban. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bingkai yang digunakan media detik.com dan NU Online dalam memberitakan childfree. Penelitian menggunakan metode analisis framing Robert N. Entman dengan pendekatan kualitatif melalui empat elemen, yaitu: problem definition, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. Ditemukan 19 berita mengenai childfree yang terdiri dari, 12 berita dari detik.com dan tujuh berita NU Online tentang pemberitaan yang membahas childfree. Penelitian ini menggunakan Purposive Sampling untuk menentukan pengambilan sampel yang akan diteliti, sehingga terpilih masing-masing empat berita childfree yang dimuat oleh detik.com dan NU Online pada periode Februari 2023. Fokus berita berada di kanal detik News dan berita nasional. Berita yang dipilih tidak termasuk dalam kategori hiburan, Kesehatan, dan Gaya Hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam analisis framing Robert N. Entman, detik.com condong mengarah pada ketidaksetujuannya pada pilihan untuk melakukan childfree. NU Online mengambil posisi netral dengan pemberitaan childfree dengan mengangkat dua narasumber yang pro dan dua narasumber yang kontra.</p> <p><strong>Abstract. </strong>Choosing not to have children or being childfree is widely discussed because there is an influencer who thinks that having children is not an obligation. This research aims to describe the frames used by detik.com and NU Online media in reporting on childfree. The research uses Robert N. Entman's framing analysis method with a qualitative approach through four elements, namely: problem definition, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. There were 19 news stories about childfree, consisting of 12 news stories from detik.com and seven NU Online news stories that discussed childfree. This research uses Purposive Sampling to determine the sample to be studied, so that four childfree news stories published by detik.com and NU Online in the February 2023 period were selected. The focus of the news was on the detik News and national news channels. The selected news is not included in the entertainment, health and lifestyle categories. The results of this research show that in Robert N. Entman's framing analysis, detik.com tends to disapprove of the choice to go childfree. NU Online takes a neutral position with childfree reporting by appointing two sources who are pro and two sources who are against.</p>2024-12-30T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Hasna Nasywa Maitsa, Arba’iyah Satrianihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4511Komparasi Motivasi Mahasiswa Jurnalistik Sebelum dan Sesudah Praktik Kerja Jurnalistik (PKJ) untuk Menekuni Bidang Kejurnalistikan2024-12-20T00:42:12+08:00Wiena Amalia Salsabillawiena20001@mail.unpad.ac.idPandan Yudhapramestipandan@unpad.ac.idGema Nusantara Bakrygema@unpad.ac.id<p><strong>Abstrak.</strong> Komparasi Motivasi Mahasiswa Jurnalistik Sebelum dan Sesudah Praktik Kerja Jurnalistik (PKJ) untuk Menekuni Bidang Kejurnalistikan (Studi pada Mahasiswa Jurnalistik Unpad yang Melaksanakan PKJ pada Periode Semester Genap 2024). Pembimbing Utama Dr. Pandan Yudhapramesti, S.Sos., MT. dan Pembimbing Pendamping Dr. Gema Nusantara Bakry, M.I.Kom. Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Tujuan pendidikan jurnalisme adalah sosialisasi terhadap profesi kejurnalistikan. Profesi tersebut berorientasi pada praktik sehingga perguruan tinggi harus mengintegrasikan teori dan praktik sebagai jembatan antara dunia akademis dan profesional. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui program magang. Meski secara umum magang mengarahkan mahasiswa pada karier yang relevan dengan bidang studi, realitanya magang juga memungkinkan mereka menyelidiki jalur karier lain yang dapat menurunkan motivasi untuk bekerja sesuai bidang studi. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan motivasi mahasiswa jurnalistik setelah magang, padahal motivasi merupakan unsur penting dalam minat berkarier. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membandingkan motivasi Mahasiswa Jurnalistik Unpad sebelum dan sesudah program magang mereka, yakni Praktik Kerja Jurnalistik (PKJ) untuk berkarier di bidang jurnalisme. Menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan komparatif, penelitian ini mengukur motivasi berdasarkan Self Determination Theory yang meliputi kebutuhan otonomi, keterkaitan, dan kompetensi. Data dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan motivasi mahasiswa sebelum dan sesudah PKJ yang menandakan kebutuhan dasar mereka telah terpenuhi baik sebelum maupun sesudah PKJ.</p> <p><strong>Abstract.</strong> Comparison of Journalism Students' Motivation Before and After Praktik Kerja Jurnalistik (PKJ) to Pursue a Career in Journalism (A Study on Unpad Journalism Students Who Conducted PKJ During the Even Semester of 2024). Main Supervisor Dr. Pandan Yudhapramesti, S.Sos., MT, and Co-Supervisor Dr. Gema Nusantara Bakry, M.I.Kom Journalism Study Program, Faculty of Communication Sciences, Padjadjaran University. The goal of journalism education is to socialize students with the journalism profession. Since this profession is practice-oriented, universities must integrate theory and practice to bridge the academic and professional worlds. One way to achieve this, is through internship programs. Although internships generally direct students towards careers relevant to their field of study, internships also allow them to explore alternative career paths, which can decrease motivation to work in their field. Several studies have shown a decrease in the motivation of journalism students after internships, despite motivation being a crucial factor in career interest. Therefore, this study aims to compare the motivation of Unpad Journalism Students before and after their internship program, namely Praktik Kerja Jurnalistik (PKJ), to pursue a career in journalism. Using a quantitative method with a comparative approach, this study measures motivation based on the Self Determination Theory, which includes the needs for autonomy, relatedness, and competence. The data were analyzed using the Wilcoxon test. The results show no difference in the motivation of students before and after PKJ, indicating that their basic needs were met both before and after the internship.</p>2024-12-30T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Wiena Amalia Salsabilla, Pandan Yudhapramesti, Gema Nusantara Bakryhttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4245Pengaruh Media Sosial Instagram @PinterPolitik terhadap Partisipasi Politik Mahasiswa2024-12-20T00:55:45+08:00Yadi Supriadisupriadias71@gmail.comAnnisa Gunawananisagunawan3@gmail.comDadi Ahmadidadi.ahmadi@unisba.ac.id<p><strong>Abstrak. </strong>Artikel ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh media sosial Instagram, khususnya akun @Pinterpolitik, terhadap partisipasi politik mahasiswa dengan menggunakan metode kuantitatif. Media sosial, sebagai platform komunikasi digital, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks politik. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh akun Instagram @Pinterpolitik sebagai sumber informasi politik bagi mahasiswa dan sejauh mana akun tersebut mempengaruhi tingkat partisipasi politik mereka dengan menggunakan 5 dimensi yaitu konten, informasi, interaksi, berbagi, dan koneksi. Penelitian ini diklasifikasikan dengan pendekan koantitatif dengan paradigma positivism. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data pendukung dari studi kepustakaan. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat nilai sigifikansi 0,395 < 0,05 dan perolehan R Square 39,5% yang menunjukkan bahwa akun tersebut hanya menjelaskan sebagian kecil dari variasi tingkat partisipasi politik mahasiswa. Dengan demikian, meskipun akun @Pinterpolitik berkontribusi terhadap partisipasi politik mahasiswa, kontribusinya tidak terlalu besar.</p> <p><strong>Abstract. </strong>This article aims to investigate the influence of Instagram social media, particularly the @Pinterpolitik account, on students' political participation using quantitative methods. Social media, as a digital communication platform, has become an integral part of everyday life, including in the political context. This research focuses on the influence of the @Pinterpolitik Instagram account as a source of political information for students and the extent to which the account affects their level of political participation using Five dimensions namely content, information, interaction, sharing, and connection. This research is classified with a quantitative approach with a positivism paradigm. Data collection using questionnaires and supporting data from literature studies. The results show that there is a significance value of 0.395 <0.05 and the acquisition of R Square 39.5% which indicates that the account only explains a small part of the variation in the level of student political participation. Thus, although the @Pinterpolitik account contributes to student political participation, the contribution is not too large.</p>2024-12-30T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Yadi Supriadi, Annisa Gunawan, Dad Ahmadihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4334Peran Media Terhadap Fenomena Victim-Blaming dalam Kekerasan Seksual Berbasis Gender2024-12-26T02:22:00+08:00Lisa Adhriantilisaadhrianti@unib.ac.idYayantikayayantika@gmail.comNeneng Cucu Marlinanenengcmarlina@unib.ac.id<p><strong>Abstrak. </strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran media online pedomanbengkulu.com dalam menghadapi fenomena victim-blaming pada berita kekerasan seksual berbasis gender, menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan analisis ekologi media. Data dikumpulkan melalui observasi wawancara serta dokumentasi. Didapatkan hasil pada media online pedomanbengkulu.com lebih meminimalisir fenomena victim-blaming pada berita kasus kekerasan seksual, dengan memperbanyak jumlah berita, karena pada media online pedomanbengkulu.com banyak rubrik berita yang disediakan, setiap hari kolom-kolom rubrik berita diisi dengan berita yang bermanfaat dan informatif, sehingga tidak perlu membuat berita dengan unsur fenomena victim-blaming dan lebih menerbitkan berita yang informatif dan bermanfaat untuk masyarakat. Saran dari penelitian ini meningkatkan kesadaran dan edukasi bagi pelaku jurnalisme di media online terkait dampak negatif dari victim-blaming serta pentingnya memberikan liputan yang lebih empatik dan sensitif terhadap korban kekerasan seksual. Diharapkan media online dapat menciptakan lingkungan informasi yang aman dan menghormati hak-hak korban kekerasan seksual berbasis gender dengan menghindari fenomena victim-blaming. Langkah-langkah seperti meningkatkan fokus pada pencegahan, edukasi, dan dukungan bagi korban, serta memberikan liputan yang empatik dan sensitif, dapat membangun kesadaran publik yang lebih luas tentang pentingnya mengubah pandangan dan sikap terhadap victim-blaming.</p> <p><strong>Abstract. </strong>This study aims to examine the role of the online media pedomanbengkulu.com in addressing the phenomenon of victim-blaming in news related to gender-based sexual violence, using a qualitative descriptive analysis with a media ecology approach. Data were collected through observation, interviews, and documentation. The findings reveal that pedomanbengkulu.com significantly minimizes victim-blaming in its news articles about sexual violence cases by increasing the quantity of informative and beneficial news content, pedomanbengkulu.com offers various news rubrics, which provide useful and informative articles daily. As a result, there is no need to resort to victim-blaming elements in their news coverage, thus promoting informative and valuable content for the community. Recommendations arising from this study include increasing awareness and education among online media journalists about the negative impact of victim-blaming and the importance of providing more empathetic and sensitive coverage to victims of sexual violence. It is hoped that online media can take further steps to create a safe information environment that respects the rights and dignity of gender-based sexual violence victims. In doing so, news coverage can focus on prevention, education, and support for victims, while contributing to a broader public awareness of the significance of changing attitudes and behaviors towards victim-blaming phenomena.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Lisa Adhrianti, Yayantika, Neneng Cucu Marlinahttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4886Kedudukan Jurnalis Feminis dalam Investigasi Kekerasan Seksual dalam Film She Said2024-12-27T11:03:55+08:00Anggun Salma Fauziah Armyadisalmafaz7@gmail.comArief Permadiariefpermadi@umbandung.ac.idAziz Taufik Hirziaziztaufikhirzi@gmail.com<p><strong>Abstrak. </strong>Pada tahun 2017, salah seorang produser film Hollywood terkenal yaitu Harvey Weinstein terbukti telah melakukan kejahatan seksual terhadap puluhan perempuan di tempat kerjanya. Kejahatan tersebut berhasil terbongkar melalui investigasi yang dilakukan oleh dua orang jurnalis feminis, yaitu Jodi Kantor dan Megan Twohey. Keberhasilan investigasi yang dilakukan oleh kedua jurnalis tersebut didokumentasikan kedalam sebuah film berjudul She Said. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi atau kedudukan Jodi Kantor dan Megan Twohey yang tergambar dalam film She Said. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan Analisis Wacana Kritis Sara Mills. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedudukan jurnalis feminis dalam film ini digambarkan sebagai seorang feminis yang berupaya menegakkan hak-hak perempuan tertindas di dunia kerja. Posisi kedudukan mereka adalah sebagai pihak yang menuntun dan membawa keadilan bagi para korban kekerasan seksual. Kesimpulan dari penelitian ini adalah; meskipun perempuan merupakan pihak yang tertindas, para jurnalis dalam film ini mampu menunjukkan sisi lain dari perempuan yang kuat dan mampu bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri.</p> <p><strong>Absract. </strong>In 2017, one of Hollywood's popular film makers, Harvey Weinstein, was demonstrated to have committed sexual violations against handfuls of ladies in his working environment. The botch was effectively revealed through an examination conducted by two women's activist writers, Jodi Kantor and Megan Twohey. The victory of the examination conducted by the two writers was reported in a film entitled She Said. This ponder points to decide the position or standing of Jodi Kantor and Megan Twohey as delineated within the film She Said. The strategy used in this ponder could be a subjective strategy with the Sara Plants Basic Talk Investigation approach. The comes about of this ponder show that the position of women's activist writers in this film is delineated as a feminist who looks for to maintain the rights of persecuted ladies within the world of work. Their position is as the party that leads and brings equity to casualties of sexual savagery. The conclusion of this ponder is; indeed in spite of the fact that ladies are the persecuted party, the writers in this film are able to appear another side of ladies who are solid and able to act agreeing to their claim will.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Anggun Salma Fauziah Armyadihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/4425Studi Netnografi pada Akun Tiktok Fujianti Utami Putri sebagai Media Promosi Jasa Influencers2024-12-18T12:04:19+08:00Vani Vinataliavinataliavani@gmail.comTotok Wahyu Abaditotokwahyu@umsida.ac.id<p><strong>Abstrak. </strong>Perkembangan era digital yang masih diiringi dengan maraknya kemunculan platform aplikasi TikTok, yang dimana saat ini tidak hanya dari kehidupan remaja saja mulai dari anak-anak sampai orang tua sudah mulai kecanduan memainkan media sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode netnografi. Melalui konsep ini, peneliti akan meneliti bagaimana self branding yang dibangun oleh kreator dalam membawa dirinya di TikTok, khususnya pada akun TikTok Fujianti Utami Putri. Netnografi, sebagai metode penelitian yang mengkaji aktivitas sosial di dunia digital, sangat cocok untuk memahami dinamika interaksi dan presentasi diri di media sosial. TikTok sebagai platform juga memberikan fleksibilitas dalam jenis konten yang dapat dibuat. Kreator seperti Fujianti dapat memanfaatkan berbagai format, termasuk tantangan (challenges), tutorial, review produk, dan konten kolaborasi dengan kreator lain atau merek. Penelitian ini juga membuka peluang untuk studi lebih lanjut tentang dampak TikTok pada perilaku konsumen dan bagaimana platform ini dapat digunakan untuk tujuan pemasaran lainnya.</p> <p><strong>Absract. </strong>The development of the digital era is still accompanied by the emergence of the TikTok application platform, which is currently not only from teenage life, starting from children to parents who have begun to be addicted to playing social media. The method used in this research is the netnography method. Through this concept, researchers will examine how self-branding is built by creators in carrying themselves on TikTok, especially on Fujianti Utami Putri's TikTok account. Netnography, as a research method that examines social activities in the digital world, is very suitable for understanding the dynamics of interaction and self-presentation on social media. TikTok as a platform also provides flexibility in the type of content that can be created. Creators like Fujianti can utilize a variety of formats, including challenges, tutorials, product reviews, and collaborative content with other creators or brands. This research also opens up opportunities for further studies on TikTok's impact on consumer behavior and how the platform can be used for other marketing purposes</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Totok Wahyu Abadi, Vani Vinataliahttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/5334Makna Diri Jurnalis dalam Peliputan Bencana yang Membahayakan Keselamatan Jiwa2024-12-29T16:44:04+08:00Firmansyahfirmansyah.ivan@unisba.ac.idSeptiawan Santana Kurniaseptiawan@unisba.ac.idKiki Zakiahkikizakiah@gmail.comDidi Permadididi.ups2019@gmail.com<p><strong>Abstrak. </strong>Dalam situasi bencana, jurnalis dianggap mempertaruhkan keselamatannya karena harus melakukan peliputan di zone berbahaya. Penelitian ini mencoba memandang jurnalisme kebencanaan dalam perspektif jurnalis yang memaknai profesionalitasnya ketika melakukan peliputan bencana yang membahayakan keselamatannya. Maka penelitian ini melakukan pendekatan fenomenologis pada jurnalis yang memaknai diri dan profesinya ketika situasi bencana. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 30 jurnalis dan juga FGD kepada beberapa jurnalis sebagai informan yang memiliki pengalaman pernah melakukan peliputan di lokasi bencana. Penelitian melakukan analisis dengan mencoba menemukan pemaknaan jurnalis dalam meliput bencana secara holistik. Melalui analisis fenomenologis interpretatif (IPA), penelitian mencoba mengeksplorasi bagaimana jurnalis memahami profesinya ketika bencana. Hasil penelitian menghasilkan kategorisasi motif, pengalaman, dan makna jurnalis. Informan mengemukakan sejumlah motif, yakni advokasi dan profesionalitas. Kemudian adanya pengalaman keterancaman pada jurnalis. Pemaknaan diri jurnalis terhadap profesinya perlu didukung oleh regulasi yang dapat menjamin keselamatan jurnalis ketika peliputan di daerah bencana.</p> <p><strong>Abstract. </strong>In a disaster situation, journalists are considered to be risking their safety because they have to cover in a dangerous zone. This study tries to view journalism in a disaster situation from the perspective of journalists who interpret their professionalism when covering a disaster that endangers their safety. Therefore, this study uses a phenomenological approach to journalists who interpret themselves and their profession during a disaster situation. Primary data collection was conducted by interviewing 30 journalists and also FGDs with several journalists as informants who have experience covering disaster locations. The study conducted an analysis by trying to find the meaning of journalists in covering disasters holistically. Through interpretive phenomenological analysis (IPA), the study tried to explore how journalists understand their profession during a disaster. The results of the study produced a categorization of motives, experiences, and meanings of journalists. Informants put forward a number of motives, namely advocacy and professionalism. Then there is the experience of being threatened by journalists. The meaning of journalists' self-interpretation of their profession needs to be supported by regulations that can guarantee the safety of journalists when covering disaster areas</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Firmansyahhttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/5042Hubungan Literasi Media Digital dengan Penyebaran Hoax di Kalangan Generasi Z2024-12-26T02:43:19+08:00Shifa Mutiara Illahishifamutiara421@gmail.comRita Ganiritagani911@gmail.com<p><strong>Abstrak.</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara literasi media digital dan penyebaran hoaks di kalangan Generasi Z di SMA 5 Negeri Tambun Selatan, Bekasi. Literasi media digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai format digital. Melalui pendekatan kuantitatif, data dikumpulkan dari siswa SMA 5 Negeri Tambun Selatan menggunakan kuesioner. Analisis statistik korelasi spearmen digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel literasi media digital dan penyebaran hoaks. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara literasi media digital dan penyebaran hoaks di kalangan Generasi Z, dengan koefisien korelasi sebesar 0,577. Temuan ini menegaskan pentingnya pengembangan literasi media digital di kalangan siswa sebagai upaya untuk melawan penyebaran hoaks dan membangun masyarakat yang lebih kritis terhadap informasi digital. Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi pendidik, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya dalam memperkuat literasi digital siswa dan masyarakat secara luas.</p> <p><strong>Abstract.</strong> The study aims to identify the link between digital media literacy and the spread of hoaks among Generation Z in the 5th high school in South Tambun State, Bekasi. Digital media literacy is defined as the ability to access, analyze, evaluate, and communicate information in a variety of digital formats. Through a quantitative approach, data is collected from high school students of the 5th State of South Tambun using a questionnaire. Pearson's correlation statistical analysis is used to determine the relationship between the digital media literacy variable and the spread of hoaks. The findings reaffirm the importance of developing digital media literacy among students as an effort to combat the spread of hoaks and build a more critical society towards digital information. This research provides valuable insights for educators, parents, and other stakeholders in strengthening the digital literacy of students and society at large.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Shifa Mutiara Illahi, Rita Ganihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/5242Analisis Resepsi Mahasiswa Terhadap Tayangan Youtube Narasi Newsroom2024-12-22T18:58:24+08:00Rifa Khairunnisakhrnsrifa@gmail.comSanti Indra Astutisanti.indraastuti@gmail.com<p><strong>Abstrak.</strong> Tragedi Kanjuruhan merupakan tragedi sepak bola terbesar di Indonesia, bahkan terbesar kedua setelah bencana serupa di Peru pada tahun 1964. Puncak dari tragedi ini adalah penembakan gas air mata oleh polisi. Banyaknya pro-kontra pemberitaan di media massa terkait pengamanan oleh polisi yang dilakukan di Stadion Kanjuruhan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui resepsi dan posisi pemaknaan pesan oleh mahasiswa terhadap tayangan yang dimuat oleh Narasi Newsroom akan investigasi visual yang dilakukan oleh Narasi dalam peristiwa Kanjuruhan tersebut. Dengan adanya tayangan Youtube Narasi Newsroom “Momen-Momen Brutal Menjelang Kematian Massal” masyarakat bisa menilai sendiri Analisis resepsi mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman sebuah tayangan media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter tayangan media dilihat oleh khalayak. Individu yang menganalisis media melalui kajian resepsi memfokuskan pada pengalaman dan pemirsaan khalayak (penonton/pembaca), serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman tersebut. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi dan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan beberapa mahasiswa yang dilakukan oleh peneliti. Teori yang digunakan yaitu resepsi studi milik Stuart Hall dengan subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang mengikuti isu tentang tragedi Kanjuruhan dan menonton tayangan terkait pengamanan Stadion Kanjuruhan di kanal youtube Narasi Newsroom.</p> <p><strong>Abstract.</strong> The Kanjuruhan tragedy is the biggest football tragedy in Indonesia, even the second biggest after a similar disaster in Peru in 1964. The peak of this tragedy was the firing of tear gas by the police. There have been many pros and cons reported in the mass media regarding police security carried out at the Kanjuruhan Stadium. This research aims to determine the reception and position of the meaning of messages by students regarding broadcasts published by Narasi Newsroom regarding the visual investigation carried out by Narasi in the Kanjuruhan incident. With the YouTube broadcast Newsroom Narrative "Brutal Moments Leading Up to Mass Death" the public can judge for themselves. Reception analysis tries to provide a meaning for understanding a media broadcast (print, electronic, internet) by understanding how the character of the media broadcast is seen by the audience. Individuals who analyze media through reception studies focus on the experience and viewing of audiences (viewers/readers), as well as how meaning is created through these experiences. Using a qualitative approach with reception analysis methods and data collection techniques through in-depth interviews with several students conducted by researchers. The theory used is Stuart Hall's study reception with the research subjects being students from the Faculty of Communication Sciences, Bandung Islamic University who followed the issue of the Kanjuruhan tragedy and watched broadcasts related to the security of the Kanjuruhan Stadium on the Narasi Newsroom YouTube channel.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Rifa Khairunnisa, Santi Indra Astutihttps://journals.unisba.ac.id/index.php/JRJMD/article/view/197-206Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Etika Jurnalistik di Kalangan Jurnalis Media Online di Jakarta2024-12-23T22:15:06+08:00Tiara Laninda Berlianatiaralaninda@gmail.comIka Merdekawati Kusmayaditiaralaninda@gmail.comM. Zen Al-Faqihtiaralaninda@gmail.com<p><strong>Absrak. </strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi jurnalis tentang etika jurnalistik. Kode etik jurnalistik merupakan landasan moral dan etika sekaligus pedoman jurnalis dalam menjalankan profesinya. Namun disisi lain, pers sering melanggar kode etik jurnalistik dalam setiap pemberitaannya. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan kuesioner. Metode penelitian survei dengan menyebarkan kuesioner atau angket kepada 92 responden yaitu jurnalis media online di Jakarta yang sudah tersertifikasi melalui Uji Kompetensi Wartawan, baik jenjang wartawan muda, wartawan madya, maupun wartawan utama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan jurnalis media online di Jakarta mengenai etika berada dalam kategori baik, dengan nilai rata-rata sebesar 77%. Artinya, bahwa jurnalis cukup memahami etika jurnalistik. Persepsi jurnalis media online di Jakarta mendapat perolehan rata-rata sebesar 80%. Persepsi paling buruk terlihat pada pertanyaan independensi dan tidak menyalahgunakan profesi serta tidak menerima suap.</p> <p><strong>Absract. </strong>This research aims to examine journalists' knowledge and perception of journalistic ethics. Journalistic codes of ethics serve as both moral foundations and guidelines for journalists in their professional conduct. However, the press often violates these codes in their reporting. This study adopts a quantitative descriptive approach. The survey method involves distributing questionnaires to 92 respondents, namely certified online media journalists in Jakarta who have undergone Journalist Competency Testing, encompassing junior, mid-level, and senior journalists. Results indicate that the knowledge level of online media journalists in Jakarta is categorized as good, with an average score of 77%. Perception among these journalists averages at 80%. The weakest perceptions are observed regarding questions related to independence, refraining from abusing their profession, and rejecting bribery.</p>2024-12-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Tiara Laninda Berliana